Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Annapurna I, Gunung Paling Mematikan di Dunia

Kompas.com - 04/01/2023, 07:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Guiness World Records menempatkan Annapurna I sebagai gunung paling mematikan di dunia.

Annapurna I merupakan gunung tertinggi kesepuluh di dunia dengan ketinggian mencapai 8.091 meter di atas permukaan laut.

Annapurna I adalah bagian dari pegunungan Annapurna di Nepal.

Gunung ini terletak di perbatasan distrik Myagdi dan Kaski di provinsi Gandaki Nepal dan berjarak 6,1 kilometer barat laut Singu Chuli.

Dikutip dari Much Better Adventures Magazine, gunung ini merupakan puncak tertinggi dari kumpulan enam puncak.

Baca juga: Melihat Ekstremnya Jalan Yungas, Jalan Paling Berbahaya di Dunia

Status sebagai gunung paling mematikan di dunia bukan tanpa alasan.

Pasalnya, rasio kematian terhadap keberhasilan bertahan di puncak adalah yang tertinggi di dunia.

Untuk setiap tiga orang yang berhasil naik dan turun gunung, satu orang meninggal. Sebagian besar kematian pendaki terjadi ketika turun.

Rata-rata, pendaki yang meninggal disebabkan oleh cuaca buruk, kelelahan, kehabisan oksigen, pendakian yang terlambat, dan tidak kembali pada waktu cut off.

Kendati demikian, ada beberapa orang yang sukses menaklukkan puncak Annapurna I.

Disebutkan bahwa pendakian pertama Annapurna I pada musim panas 1950 justru tidak memakan korban.

Baca juga: Jalur Kereta Api Paling Berbahaya di Dunia, Ada di Mana Saja?

Adalah Maurice Herzog, pendaki asal Perancis yang sukses menjadi penakluk pertama puncak Annapurna I.

Saat itu, Herzog juga menjadi orang pertama yang mencoba mencapai puncaknya.

Saat mencapai puncak pada musim panas 1950 bersama Louis Lachenal, tangan dan kaki Herzog telah membeku, dikutip dari The Guardian.

Dokter kemudian mengamputasi semua jari tangan dan kakinya.

Herzog menghabiskan waktu berbulan-bulan di rumah sakit untuk pulih dari luka-lukanya hingga ia mengalami depresi berat.

Kisah pendakian bersejarah itu dibukukan dalam buku terlarisnya berjudul Annapurna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com