Adapun, Martin Luther adalah tokoh reformasi Protestan yang lahir di kota Eisleben, Jerman pada 1483.
Disebutkan bahwa Martin Luther dianggap sebagai orang yang mempopulerkan tradisi menyalakan pohon Natal.
Pada saat itu, ia menggunakan lilin dan tradisi ini ditularkan oleh imigran asal Jerman ke negara lain.
Cusack menuturkan, dari situlah pohon Natal menyebar ke seluruh dataran Eropa ketika abad ke-18.
Baca juga: Jadwal Tanggal Merah Libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023
Tidak berhenti sampai di tangan para imigran Jerman, kepopuleran pohon Natal lantas dilanjutkan oleh Ratu Charlotte.
Adapun, Ratu Charlotte memutuskan untuk menikah pada pertengahan abad ke-18 dengan Raja George III.
Dari situ, sang Ratu membawa tradisi memajang pohon Natal ke dalam keluarga kerajaan.
Namun, dekorasi ini semakin populer ketika Illustrated London News mempublikasikan sebuah ilustrasi pada 1848.
Illustrated London News menerbitkan ilustrasi Ratu Victoria dan Pangeran Albert bersama keluarga kerajaan yang berkumpul di dekat pohon Natal yang sudah dihias.
Dari situlah tradisi memajang pohon Natal semakin populer dan menyebar ke negara-negara lain.
Baca juga: Daftar Wilayah yang Berpotensi Cuaca Ekstrem Saat Natal dan Tahun Baru 2023
Sebelum dikaitkan dengan Natal, tradisi pemasangan pohon cemara ternyata sudah dilakukan oleh orang pada zaman kuno.
Dikutip dari Parade, orang pada masa tersebut mempercayai bahwa Matahari adalah dewa.
Ketika musim dingin tiba, dewa menjadi sakit namun ada harapan Matahari akan bersinar kembali berkat simbolisasi pepohonan yang tumbuh subur.
Orang pada zaman Mesir kuno, China, dan Yahudi juga memandang pohon sebagai simbol kehidupan.