"Menyikapi hal tersebut, sebaiknya masyarakat tidak perlu resah. Namun silakan isu tersebut disikapi dengan meningkatkan sistem keamanan lingkungan masing-masing," ujar dia.
Menurut Wahyu, masyarakat bisa mulai menanamkan kepedulian terhadap keamanan di lingkungannya.
Di samping itu, jajaran Polda dan Polres juga secara rutin melaksanakan giat patroli.
Oleh karenanya, apabila mendapati hal-hal yang mencurigakan, sebaiknya lapor ke kepolisian terdekat.
"Hotline layanan pengaduan juga sudah kami sebarkan, untuk memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk melapor atau mengadu jika terjadi sesuatu di lingkungannya," tuturnya.
Baca juga: Penjelasan BRIN soal 21 Desember Tidak Boleh Keluar Rumah karena Ada Fenomena Solstis
Terpisah, peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang, menanyakan apa hubungan 21 Desember dengan teror Gola di Gorontalo.
Menurut dia, Desember mendatang akan ada fenomena solstis yang terjadi pada 22 Desember pukul 04.49.14 WIB atau 05.49.14 WITA atau 06.49.14 WIT.
Saat fenomena terjadi, salah satu dampak yang dirasakan manusia adalah perbedaan durasi siang dan malam.
Di belahan Bumi utara Indonesia, kata dia, panjang siang akan menjadi lebih pendek, sedangkan durasi malam akan lebih lama.
Sebaliknya, di wilayah Indonesia yang berada di belahan Bumi selatan, akan mengalami durasi siang lebih panjang dan malam lebih pendek.
"Kaitannya apa? Apa karena mentang-mentang di Gorontalo kan belahan utara, panjang siangnya siangnya lebih pendek daripada malam?" kata Andi, saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (19/12/2022) malam.
"Apa artinya itu penculik anak (Gola) bisa bebas berkeliaran dan menculik anak saat malam lebih yang panjang?" lanjut dia.
Jika benar akan ada Gola, Andi pun mempertanyakan kondisi kota lain di Indonesia yang juga berada di belahan Bumi utara, seperti Binjai, Tarakan, dan Lhokseumawe.
Baca juga: Bukan 21 Desember, melainkan 22 Desember, Ini Dampak Fenomena Solstis bagi Manusia
Dia menjelaskan, fenomena solstis adalah peristiwa saat Matahari berada paling utara atau paling selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya.
Disebabkan sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika, solstis terjadi dua kali dalam setahun, yakni Juni dan Desember.