Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Corona 11 Desember 2022: Muncul Subvarian Baru Omicron CH.1.1 di India

Kompas.com - 11/12/2022, 08:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Anggota Satgas Covid di India, Dr. Sanjay Pujari mengatakan bahwa para peneliti masih mengidentifikasi apakah subvarian ini juga mengakibatkan gejala parah bagi penderitanya atau tidak.

Sebab, berkaca pada infeksi varian Delta, pasien yang menderita mengalami gejala cukup parah.

"Selain itu, gelombang Delta terjadi ketika imunitas tidak kuat. Data lebih lanjut diperlukan sebelum sifat patogeneisitas yang meningkat dapat dikaitkan dengan CH.1.1," ujar Dr. Pujari.

Ia menambahkan, kemunculan subvarian baru ini bukan hal aneh, karena dia juga keturunan BA.2.75 Omicron.

Kasus harian positif Covid-19 di India saat ini juga terbilang rendah.

"Pengawasan konstan dipertahankan atas penyebaran Covid dan gambaran saat ini tidak menunjukkan peningkatan transmisi," lanjut dia.

Lantas, apa itu Omicron CH.1.1?

Menurut para ilmuwan internasional, subvarian baru Omicron CH.1.1 adalah salah satu varian yang paling menghindari kekebalan imunitas dan kini telah mengadopsi mutasi R Delta dalam beberapa sampel di luar negeri.

Baca juga: 20 Kasus Omicron BN.1 Terdeteksi di Indonesia, Apa Saja Gejalanya?

China optimasi manajemen pencegahan Covid-19

Dilansir dari CGTN, Sabtu (10/12/2022), guna mengendalikan kasus Covid-19 di China, mereka melakukan optimasi manajemen pencegahan Covid-19.

Pertama, penerapan herd-immunity. Ini mentoleransi tingkat kematian yang tinggi karena populasi perlahan mengembangkan kekebalan.

Kedua, melakukan vaksinasi terhadap penyebaran Covid-19. Ini dicapai melalui vaksinasi ekstensif.

Tindakan ini efektif dalam menekan Covid-19, tetapi hanya jika vaksin tersebut sudah disuntikkan pada masyarakat luas.

Ketiga, pendekatan kebijakan nol-Covid dinamis, yang mengandalkan tindakan karantina dan isolasi (penguncian) untuk membatasi penyebaran virus.

Ketika diterapkan secara ketat aturan itu membuat tingkat kematian sangat rendah.
Selain itu, kebijakan nol Covid berdampak kurang baik pada biaya ekonomi dan sosial, jika Covid-19 bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sebagai informasi, kebijakan nol Covid-19 di China menghasilkan tingkat kematian yang sangat rendah dan mencegah sistem medis dan rumah sakit kewalahan.

Baca juga: Update Corona 7 Desember: China Longgarkan Aturan Usai Didemo | Produsen Vaksin Covid-19 Saling Gugat

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com