Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhardis
PNS

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Akar Rumput

Kompas.com - 10/12/2022, 09:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK orang mengasosiasikan rumput dengan manusia. Tanamlah padi, niscaya rumput pun ikut tumbuh.

Adagium ini berisi nasihat bahwa saat melakukan kebaikan, keburukan biasanya tetap menyertai. Niatnya sudah baik, prosesnya baik, namun belum tentu ditanggap baik oleh orang lain. Dalam, ya?

Berbeda halnya jika ia masuk ke konteks hubungan dua insan, rumput tetangga memang lebih hijau. Rumput dikenai makna ‘milik orang lain memang terlihat lebih indah, berharga, dibandingkan milik sendiri’.

Dua konteks yang dimasuki lema rumput tersebut sama-sama menempatkan rumput pada posisi yang tidak mengenakan. Bahkan, definisi ilmiah pun turut memengaruhi banyak orang, yakni sebagian rumput dianggap gulma, tanaman pengganggu.

Di sawah, kebun, dan ladang, ia mengganggu tanaman lain yang ingin tumbuh subur. Di dalam pekarangan rumah tetangga, ia mengganggu suami orang. Besok-besok rumput akan mendapat julukan pelakor juga.

Padahal, rumput tidak melakukan apa-apa dalam hiruk-pikuk kehidupan manusia. Lantas, mengapa ia dibawa-bawa? Dilibatkan.

Tahun politik, rumput pun ikut politik. Maksudnya, si rumput dijadikan simbol. Ya, bagian akarnya, akar rumput.

Awal Desember, Kompas.com merilis berita terkait seseorang dengan inisial BB yang marah-marah di media sosial meminta pada penerima untuk mengembalikan uang suapnya lantaran kalah dalam pemilihan (Kompas.com, 1/12/22).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia menyatakan bahwa politik uang sudah jadi budaya dan pelakunya rakyat di akar rumput.

Ke sampingkan dulu, yuk, unsur politisnya. Kita kembali ke laptop, eh akar rumput.

Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Golkar menginstruksikan pengurus partainya untuk menjalin kerja sama politik dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) hingga ke akar rumput (Kompas Tv, 5/07/22).

Kerja sama politik ini perlu dilakukan hingga ke akar rumput sebagai upaya memenangi pemilihan presiden atau Pilpres 2024.

Akar rumput yang disasar oleh Ketum ini ialah rakyat bawah. Ada apa dengan akar rumput?

Frasa akar rumput ini, menurut Gove (1961), dalam Webster's Third New International Dictionary of the English Language, Unabridged, merupakan gerakan yang melibatkan masyarakat di sebuah wilayah, kawasan, atau komunitas sebagai upaya gerakan politik atau ekonomi.

Yenerall (2017) dalam Encyclopedia of American Government and Civics menyatakan bahwa gerakan tersebut diasosiasikan dengan pengambilan keputusan dari bawah ke atas, kadang dianggap alamiah.

Gerakan masyarakat bawah. Begitu intinya.

Sejatinya, gerakan ini memang cara baru bagi “little people”, istilah yang diberikan Kropotkin, untuk bekerja sama memenuhi kebutuhan (Paul Ekins, 1992).

Lantas, mengapa akar rumput yang diambil sebagai asosiasinya?

Pertama, rumput dianggap sebagai pondasi lingkungan selain tanah, air, dan hutan. Jika pondasi lingkungan negara habis, ekonominya akan menurun (Myers, 1986).

Kedua, akar rumput berjenis serabut dan dan berupa anyaman atau jaring-jaring alami. Ia juga dapat digunakan untuk memperkuat permukaan tanah (Hartanto, 2007).

Akarlah yang mengikat dan menahan partikel tanah sehingga tidak terangkat bersama aliran air permukaan.

Dua pernyataan tersebut memberikan informasi penting bahwa rumput merupakan pondasi lingkungan karena akarnya dapat memperkuat permukaan tanah.

Begitu juga masyarakat yang diasosiasikan dengan akar rumput.

Mereka, di satu sisi memang berupa individu-individu yang menempati suatu wilayah, namun di sisi lain merupakan jaringan kokoh yang terbentuk atas beberapa kesamaan.

Mereka memiliki paguyuban, komunitas intraetnis, bahkan lebih luas memiliki komunitas berdasarkan kesamaan, katakanlah kesamaan selera politik (dalam konteks akar rumput dan politik).

Bagi sebagian oknum, menggerakkan jaringan ini bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.

Mereka yang dapat “membaca” inti komunitas masyarakat tertentu, misalnya menjunjung dan menyanjung sosok A (bukan Inisial, hanya abjad biasa), akan sangat mudah melakukan propaganda.

Tidak salah rupanya jika ada yang dengan percaya diri membuat pernyataan bahwa tokoh G (sekali lagi, hanya abjad biasa) akan menjadi pemimpin berikutnya karena sudah memiliki akar rumput yang kuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas & Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas & Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com