LAGI-lagi sistem aritmatika babak awal Piala Dunia memakan korban! Meski berhasil menaklukkan Kosta Rika dalam matchday terakhir Grup E Piala Dunia 2022 di Al Bayt Stadium pada Kamis (1/12/2022), timnas Jerman harus rela pulang kandang akibat tidak lolos ke babak 16 besar.
Dalam pertarungan tersebut, sebenarnya Jerman berhasil unggul dengan skor 4-2 atas Kosta Rika. Namun, berdasar aritmatika babak awal Piala Dunia, Jerman dipastikan gagal lolos ke babak 16 besar setelah secara believe it or not timnas Jepang sukses mengalahkan timnas Spanyol dengan skor 2-1.
Alhasil Jerman terpaksa bergabung ke kereta pulang kandang segerbong nahas nasib bersama Ekuador, Iran, Wales, Arab Saudi, Meksiko, Denmark, Tunisia, Belgia, Kanada, Kosta Rika.
Sementara Qatar tidak perlu pulang kandang, sebab kebetulan sang tuan rumah Piala Dunia 2022.
Sebagai seorang insan warga Indonesia yang sempat sedasawarsa belajar dan mengajar di Jerman, saya mengungkap belasungkawa atas tragedi sepakbola yang menimpa sang empat kali juara Piala Dunia.
Apalagi pada tahun 1974, kebetulan saya masih bermukim di Jerman, maka ikut bereuforia bersama warga Jerman ketika tim Der Panzer dengan para maha bintang Beckenbauer, Mueller, Netzer, Vogt, Maier di bawah asuhan Helmut Schoen menaklukkan Belanda di final Piala Dunia.
Pada masa itu memang sepakbola Jerman sedang berada pada masa puncak kejayaan.
Namun 46 tahun kemudian pada 2022, tim nasional Jerman sedang berada pada titik nadir kejayaan paling rendah akibat terbukti pada babak awal Piala Dunia di Qatar sudah masuk kotak pecundang, meski mengalahkan Kosta Rika serta seri melawan Spanyol, namun kalah jumlah gol ketimbang Spanyol meski Spanyol dikalahkan oleh Jepang.
Sementara gol ke dua Jepang yang mengungguli Spanyol serta menyebabkan Jerman tersingkir diragukan keabsahannya akibat wasit tidak melihat bahwa bola sudah ke luar lapangan.
Namun apapun alasannya terpaksa kali ini saya mengucapkan Auf Wiedersehen, Timnas Jerman.
Insya Allah, selama empat tahun ke depan, timnas Jerman akan gigih berjuang agar lolos babak pra kualifikasi demi kembali berlaga dengan kondisi yang lebih prima di gelanggang Piala Dunia 2026.
Naskah sederhana ini membuktikan bahwa untuk berhasil meraih gelar juara dunia sepakbola di Piala Dunia di mana segenap kesebelasan pada hakikatnya seimbang dalam kemampuan, memang daya bakat, keterampilan, semangat atau sihir masih belum cukup.
Secara empiris sudah terbukti bahwa keberuntungan atau kenahasan memang apa boleh bukan hanya senantiasa ikut menentukan siapa akhirnya akan berhasil atau gagal tampil sebagai juara dunia. Namanya juga takdir!
Anda tidak percaya takdir? Tak masalah sebab berarti sederhana saja, takdir Anda adalah tidak percaya takdir. AMIN.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.