Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhardis
PNS

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Bermain Bola Bermain Kata

Kompas.com - 02/12/2022, 10:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KESERUAN Piala Dunia ditanggapi berbeda oleh mereka yang tidak maniak bola. Tidak menyukai persepakbolaan dunia, bukan berarti tidak mengikuti perkembangannya.

Hanya saja, hal yang diikuti tentunya sekadar berita agar ota lapau “bincang warung” saat menyantap pisang goreng dan secangkir kopi tidak terlalu terasa garingnya.

Terkait judul berita persepakbolaan yang masih hangat, Kompas.com melalui beritanya, 27 November 2022, “Hasil Piala Dunia 2022: Perancis Putus Kutukan, Messi Gendong Argentina” menjadi keseksian tersendiri bagi mereka pengamat bahasa.

Judul tersebut memancing keingintahuan pembaca, terlebih mereka yang berkutat di bagian semiologi, per-tandaan.

Pertama, penggunaan kata kutukan. Diksi ini terasa seksi. Kutukan, KBBI mendefinisikannya ‘sumpah (makian, nista, dan sebagainya); laknat (Tuhan).'

Lantas muncul pertanyaan penyerta: siapa yang mengutuk, siapa yang dikutuk, dan apa kutukannya? Tambahan, apa tujuan penulis menggunakan diksi tersebut?

Saat membaca lebih intensif berita tersebut didapatkan wangsit bahwa klub Les Blues, julukan Perancis, berhasil menempati puncak klasemen Grup D dengan koleksi enam poin dan lolos ke fase gugur Piala Dunia 2022.

Oh, jadi yang dianggap kutukan oleh si penulis berita ialah ‘tidak ada yang akan mampu menggeser sang jawara dari podiumnya’. Seolah-olah sang jawara sudah mendapatkan “kutukan” Tuhan untuk menjadi sang jawara selama-lamanya.

Kedua, kata gendong. Kata kerja ini bermakna ‘bawa sesuatu dengan melekatkan pada tubuh, dapat menggunakan kain atau hanya dengan tangan (biasanya pada dada, pinggang, atau punggung)’.

Namun, kata gendong pada judul berita tidak dapat didekati secara denotasi atau makna leksikal sekalipun.

Messi, sebagai subjek pelaku tidak akan mampu menggendong Argentina sebagai sebuah negara. Sepertinya ada hal lain yang ingin disasar penulis.

Lionel Messi menjadi pahlawan kemenangan Argentina setelah mencetak satu gol pada menit ke-64. Penulis menyatakannya pada paragraf berikutnya.

Hal ini tentu berkaitan dengan kekalahan tim Argentina 1-2 atas Arab Saudi. Messi-lah yang berhasil menggendong Timnya untuk menempati peringkat kedua klasemen Grup C.

Sama halnya dengan anak kecil yang terjatuh dan menangis, ia hanya dapat diredakan dengan gendongan, hal itu pula barangkali yang diasosiasikan penulis terhadap upaya Messi menghibur Argentina. Meskipun demikian, berhasilnya Argentina tersebut bukan karena sosok Messi seorang.

Lalu, hal apa yang menjadi poin pembahasan ini?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com