Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moh. Suaib Mappasila
Staf Ahli Komisi III DPR RI / Konsultan

Sekjen IKAFE (Ikatan Alumni Fak. Ekonomi dan Bisnis) Universitas Hasanuddin. Pemerhati masalah ekonomi, sosial dan hukum.

Memaknai 94 Tahun Sumpah Pemuda

Kompas.com - 29/10/2022, 10:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA hakikatnya, Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober sebagai momentum awal lahirnya bangsa Indonesia. Sebab pada waktu itu (28 Oktober 1928), untuk pertama kalinya, rakyat Indonesia yang berasal dari berbagai suku bangsa, ras, dan agama, mengakui “berbangsa satu, bangsa Indonesia”.

Kemudian, sebagai langkah perjuangan selanjutnya, didirikanlah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang tujuannya tidak lain adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (Amanat Pembukaan UUD 1945).

Baca juga: Organisasi Kedaerahan yang Muncul Sebelum Sumpah Pemuda

Dari situ terlihat jelas bahwa rangka bangun NKRI dibentuk secara button up, bukan top down. NKRI adalah objektifikasi aspirasi seluruh bangsa, bukan aspirasi satu golongan, kelompok, ataupun kelas.

Sebagaimana di amanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan didirikannya NKRI tidak hanya untuk kemaslahatan bangsa-bangsa yang ada di kepulauan nusantara saja, tapi juga mencakup seluruh bangsa di dunia.

Dengan demikian, momentum Sumpah Pemuda bukan hanya tentang bagaimana memperingati kiprah pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga tentang bagaimana kita memaknai kembali secara lebih jernih semua nilai dari gagasan persatuan Indonesia, yang menjadi konstruksi elementer NKRI ini.

Nilai dan konteks

Sebagaimana kita ketahui, segala sesuatu yang dianggap bernilai, tidak bersifat independen, tetapi terikat pada konteks.

Hubungan seksual akan bernilai baik dalam konteks pernikahan, tetapi akan dinilai sebagai perzinahan bila dilakukan di luar konteks itu. Bahkan perbuatan membunuh akan bernilai kepahlawanan bila dalam konteks perang. Tetapi akan bernilai pembunuhan bila dilakukan dalam situasi damai.

Inilah hukum besi penilaian yang berlaku secara universal. Karena konteks bersifat lentur dan dinamis, maka nilai membutuhkan pengelolaan yang kreatif, terampil, dan intens. Untuk inilah dibutuhkan sebuah kaidah, hukum, atau aturan yang menjadi kerangka pijakan bagi ekosistem nilai tersebut. Fungsinya adalah untuk mengikat konteks.

Berbeda dengan nilai, sebuah kaidah atau hukum harus bersifat ajeg, kokoh dan timeless. Bila tidak, maka konteks akan terlepas, sehingga nilai pasti akan bergerak liar.

Dalam kasus Indonesia, Pancasila adalah “kerangka nilai”, yang menjadi ekosistem, tempat nilai tersebut tumbuh. Ini sebabnya, Pancasila dijadikan sebagai sumber dari segala sumber hukum di republik ini.

Pada titik tertentu, Pancasila adalah substansi yang menjadi identitas utama NKRI. Dalam kerangka ini, merawat nilai bhinneka tunggal ika dan Pancasila adalah hal yang paling fundamental bagi bangsa Indonesia. Menjaga kedua hal ini sama halnya dengan menjaga hidup itu sendiri.

Baca juga: Sumpah Pemuda, Tonggak Kelahiran Bahasa Indonesia

Tanpa kedua hal tersebut, konsep yang bernama Indonesia itu akan menjadi nisbi dan tak bernilai. Seperti ikan dengan air. Bila Indonesia adalah ikan, maka kebinekaan itulah airnya, semesta kehidupannya.

Konteks yang liar

Namun beberapa tahun terakhir ini, kita menyaksikan sendiri, bagaiman kita gagap mendefinisikan konteks. Dinamika politik dalam konteks pilpres, kita artikan sebagai perjuangan hidup mati mempertahan eksistensi kelompok.

Tak ayal, kekacauan makna pun terjadi. Jargon-jargon “perang” justru muncul pada konteks damai; konteks perjanjian dagang dan investasi antar negara diartikan sebagai aneksasi, dan konteks pemilu diartikan sebagai “revolusi”.

Akibatnya, nilai persatuan kita terguncang hebat. Penegakan hukum yang seyogyanya menjadi sarana untuk menjaga nilai, dicurigai dan dianggap sebagai kriminalisasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com