KOMPAS.com - Hari ini 35 tahun lalu, tepatnya 19 Oktober 1987, kecelakaan terparah dalam sejarah perkeretaapian Indonesia terjadi di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.
Kecelakaan yang menewaskan sebanyak 156 orang ini melibatkan Kereta Api (KA) 225 Merak dan KA 220 Rangkas.
Dikutip dari Kompas.com, 19 Oktober 2020, kedua kereta bertabrakan dengan posisi adu banteng hingga salah satu lokomotif terdorong masuk ke gerbong pertama di belakang lokomotif.
Padahal, saat itu kereta dalam keadaan penuh, dengan penumpang bergelantungan di pintu, jendela, dan lokomotif.
Baca juga: Senin Kelam 19 Oktober 1987, Terjadinya Tragedi Bintaro...
Menurut catatan Harian Kompas, 20 Oktober 1987, Senin pagi itu KA 220 Rangkas membawa rangkaian tujuh gerbong dari Tanah Abang menuju ke arah Merak.
Dari arah berlawanan, ada KA 225 Merak dari Rangkasbitung menuju Tanah Abang yang menarik tujuh rangkaian gerbong.
Kedua masinis tidak mengetahui masing-masing kereta melintas di rel yang sama sebelum tragedi ini terjadi.
KA 225 Merak meluncur cepat di rel lurus yang melintasi kompleks Perumahan Bintaro Jaya.
Sementara KA 220 Rangkas mulai menggilas rel perlintasan Pasar Ulujami.
Tabrakkan keduanya pun tak dapat dihindari.
Kejadian ini mengakibatkan seluruh badan lokomotif BB-303 16 masuk dan "ditelan" oleh gerbong KB3-65 601.
Bahkan, separuh badan lokomotif BB-303 16 tertelan gerbong pertama yang ditariknya, gerbong KB3-65 601.
Imbas dari dorongan yang diterima saat tabrakan, gerbong ini meluncur dan menabrak sekaligus "menelan" lokomotif di depannya.
Akibat dorongan yang diterima saat tabrakan, gerbong ini meluncur bebas dan menabrak sekaligus "menelan" lokomotif di depannya.
Saat kejadian, gerbong sepanjang 21 meter tersebut dijejali ratusan penumpang.
Baca juga: Mengenang Aksi Heroik Teknisi KRL yang Tewas Dalam Tragedi Bintaro 2