Desa Ngawi menjadi rumah bagi para nelayan dan keluarga mereka. Desa kecil ini menjadi tempat tinggal sekelompok komunitas nelayan yang erat.
Tentu saja, rata-rata mata pencaharian mereka adalah mencari ikan dan hewan-hewan laut lainnya.
Sementara itu, beberapa anak laki-laki tua umumnya bekerja dengan memperbaiki barang-barang, bermain golf, mengangkut udang karang hingga ikan.
Pasalnya, Desa Ngawi ini sempat menjadi pusat pengolahan udang karang (rock lobster) pada tahun 1980-an.
Dikutip dari Wairarapanz, Desa Ngawi memiliki lebih banyak traktor per kepala penduduk daripada di tempat lain di dunia.
Mesin-mesin tua yang terpercaya ini mengangkut perahu-perahu nelayan masuk dan keluar dari gelombang liar Selat Cook.
Lusinan traktor besar yang mulai berkarat berjajar di sepanjang pantai yang landai. Dibandingkan dengan ukuran kapal nelayan yang mungil, traktor ini terlihat sangat besar.
Pemandangan ini menjadi hal yang unik ketika Anda mengunjungi Desa Ngawi di Selandia Baru ini.
Bahkan, di musim liburan, pemandangan trantor yang berjajar dengan perahu warna-warni ini telah menjadi daya tarik wisata yang berharga.
Baca juga: Citayam, Desa di Kabupaten Bogor yang Tersohor sejak Zaman Kolonial Belanda
Menurut catatan NZgeo, Desa Ngawi memiliki fasilitas wisata yang sangat minim.
Beberapa dekade yang lalu, akses di Desa Ngawi masih sangat sulit. Ditambah lagi ketiadaan jembatan dan akses jalan yang masih minim.
Biasanya, penduduk setempat akan mengikat mobil mereka bersama-sama untuk melewati bagian sungai yang sulit ketika dalam perjalanan hujan lebat.
Tak jarang, mereka yang harus kembali harus berkemas di tengah malam sebelum sungai mulai meluap.
George, penduduk Desa Ngawi mengatakan bahwa tidak ada tenaga listrik di desa kecil tempat tinggalnya itu.
"Kami biasa menyalakan generator dan ketika Anda kehabisan bahan bakar, Anda akan tidur," jelasnya, dilansir dari Stuff.co.