Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Superbug?

Kompas.com - 15/10/2022, 17:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Belakangan pembahasan mengenai superbug muncul ke publik dikaitkan dengan kemunculannya di India.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban menyampaikan fenomena ini dalam unggahan Twitternya.

"Kabar mengkhawatirkan datang dari India baru-baru ini. Di sana sedang mengalami pandemic superbugs, yaitu bakteri luar biasa hebat yang tidak mempan dengan antibiotik. Jadi telah terjadi pandemic of antibiotics-resistant superbugs. Bagaimana ceritanya?" tulis Zubairi.

Lantas sebetulnya apa itu superbug?

Baca juga: Muncul Fenomena Superbug di India yang Kebal Antibiotik, Ini Kata Dokter

Apa itu superbug?

Dikutip dari laman MayoClinic, superbug merupakan strain bakteri, virus, parasit dan jamur yang resisten pada sebagian besar antibiotik maupun obat lain yang biasa dipakai untuk mengobati infeksi.

Pada dasarnya, resistensi obat antimikroba adalah fenomena alami yang bisa diperlambat namun tak bisa dihentikan.

Hal ini karena bakteri, jamur maupun virus seiring berjalannya waktu akan selalu beradaptasi, mencoba bertahan hidup dari obat yang dipakai untuk membunuhnya.

Hal ini pada akhirnya membuat pengobatan standar yang sebelumnya efektif mengatasi infeksi menjadi tidak efektif.

Sejumlah hal yang bisa menyebabkan munculnya fenomena superbug di antaranya adalah
menggunakan atau menyalahgunakan antibiotik atau melakukan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi yang buruk. 

Jenis superbug yang mengancam

Dikutip dari Healthline (28/4/2020), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan, ada 18 jenis bakteri dan jamur yang membahayakan kesehatan manusia.

Berikut rinciannya:

  • Acinetobacter: resisten karbapenem
  • Candida auris Clostridioides difficile
  • Enterobacteriaceae: resisten karbapenem
  • Neisseria gonorrhoeae: resisten obat
  • Campylobacter: resisten obat
  • Candida: resisten obat
  • Enterobacteriaceae: penghasil ESBL
  • Vancomycin (VRE): resisten Enterococci
  • Pseudomonas aeruginosa: resisten terhadap banyak obat
  • Salmonella: nontifoid yang resisten terhadap obat
  • Salmonella serotype
  • Typhi: resisten terhadap obat
  • Shigella: resisten terhadap obat
  • Methicillin (MRSA): resisten terhadap Staphylococcus aureus
  • Streptococcus pneumoniae: resisten terhadap obat
  • Tuberculosis: resisten terhadap obat
  • Streptococcus grup A: resisten eritromisin
  • Streptococcus grup B: resisten klindamisin

Gejala terinfeksi superbug

Perlu diketahui, saat infeksi superbug menunjukkan gejala, mereka sangat bervariasi tergantung pada organisme mana yang menyerang Anda.

Gejala umum penyakit menular meliputi:

  • Demam
  • Kelelahan
  • Diare
  • Batuk
  • Pegal-pegal

Gejala infeksi superbug terlihat sama dengan gejala infeksi lainnya. Perbedaannya adalah gejalanya tidak merespons terhadap antibiotik dan obat antijamur.

Cara mencegah infeksi superbug

Untuk melindungi diri Anda dari kuman berbahaya dan menurunkan risiko penyakit:

  • Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air, atau gunakan pembersih tangan berbasis alkohol
  • Tangani makanan dengan benar, seperti memisahkan makanan mentah dan matang, memasak makanan hingga matang, dan menggunakan air bersih
  • Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit
  • Pastikan vaksinasi Anda mutakhir

Cara mengobati resistensi antibiotik

Selain itu, Anda juga dapat membantu mengatasi resistensi antibiotik dengan:

  • Menggunakan antibiotik sesuai petunjuk dan hanya jika diperlukan
  • Menyelesaikan perawatan lengkap, bahkan jika Anda merasa lebih baik
  • Tidak berbagi antibiotik dengan orang lain
  • Tidak menggunakan sisa resep. 

Baca juga: 6 Hal yang Perlu Diketahui soal Superbug, Jenis yang Mengancam hingga Pencegahannya

Halaman:

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com