KOMPAS.com - Kemunculan Dewan Kolonel dan Dewan Kopral mewarnai dinamika politik di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Dewan Kolonel dibentuk oleh anggota Fraksi PDI-P guna mendongkrak citra Ketua DPP PDI-P Puan Maharani untuk Pemilihan Presiden.
Puan Maharani pun telah merestui pembentukan Dewan Kolonel tersebut.
Tak mau kalah, Ketua Umum Ganjar Pranowo Mania (GP Mania) Immanuel Ebenezer atau Noel kemudian membentuk kelompok tandingan bernama Dewan Kopral.
Tujuan pembentukan Dewan Kopral ini adalah mendorong pencapresan Ganjar pada Pemilu 2024.
Baik Puan maupun Ganjar, keduanya merupakan kandidat terkuat dari PDI-P untuk berkontestasi dalam Pilpres 2024.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Dewan Kolonel dan Dewan Kopral
Lantas, apa dampak kemunculan dua kelompok ini bagi PDI-P?
Pasalnya, Dewan Kolenel sudah sepengetahuan dan mendapat respons positif Puan.
Karena itu, Umam menganggap inisiator wacana pembentukan Dewan Kopral seolah hendak melakukan upaya pengimbangan (balance of power) atas kian solidnya mesin politik Puan di internal PDIP yang sudah tidak lagi malu-malu menampakkan pergerakannya.
"Inisiator Dewan Kopral sepertinya juga ingin memainkan skema playing victim dengan membenturkan narasi politik elite versus politik rakyat," kata Umam kepada Kompas.com, Senin (26/9/2022).
Baca juga: Soal Dewan Kolonel Puan Maharani, PDI-P: Hanya Kongkow
Menurutnya, implikasi pembenturan narasi politik ini bisa meningkatkan "saham politik" Ganjar dan menjatuhkan nilai politik Puan menuju Pilpres 2024.
Untuk mitigasi dampak politik, Umam menyebut PDI-P perlu menertibkan pihak-pihak yang hendak membenturkan elemen kader di internal partai.
"Di sisi lain, penertiban itu juga hendaknya tidak menghilangkan tradisi kompetisi yang sehat di internal PDI-P," jelas dia.
Baca juga: Survei Nama-nama Capres Potensial di 2024, Ganjar Nomor 1