Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Kasus Brigadir J: PC Buka Rekening Atas Nama Brigadir J, Perlawanan Ferdy Sambo, dan Keberadaan Konsorsium 303

Kompas.com - 16/09/2022, 10:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J masih dalam tahap penyidikan.

Sejumlah temuan baru perlahan muncul, kian membuat kasus yang diduga didalangi oleh tersangka Irjen Ferdy Sambo ini menemui titik terang.

Berikut perkembangan terkini kasus pembunuhan berencana di rumah dinas Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022 silam:

1. Upaya perlawanan Ferdy Sambo

Salah satu tersangka, Irjen Ferdy Sambo, mengaku tak ikut menembak sang ajudan, Brigadir J.

Pengakuannya berbanding terbalik dengan tersangka lain, yakni Bharada Richard Eliezer (Bharada E) yang menyebut Sambo turut menembak.

Penasihat ahli Kapolri Bidang Keamanan dan Politik Muradi mengatakan, pengelakan tersebut merupakan bukti masih adanya upaya perlawanan dari Ferdy Sambo.

"Kalau saya implisit menangkapnya masih ada upaya perlawanan untuk mengatakan saya tidak melakukan itu (penembakan)," kata dia dalam program Back to BDM, dikutip dari Kompas.com (15/9/2022).

Kendati demikian, Polri telah mengantongi sejumlah barang bukti dalam kasus ini. Polri pun tinggal mencocokkan dari keterangan para saksi.

Baca juga: Sepak Terjang Irjen Ferdy Sambo, Tersangka Kasus Pembunuhan Brigadir J

2. Kerajaan Sambo dan Konsorsium 303 diyakini ada

Masih dalam kesempatan yang sama, Muradi meyakini bahwa kelompok "Kerajaan Sambo" dan "Konsorsium 303" memang benar ada.

Namun, keberadaannya harus dibuktikan oleh penyidik.

"Saya bilang dari awal itu perlu dibuktikan. Kalau saya memahami konteks itu ada. Jadi kalau kita cium baunya ada. Bentuknya seperti apa kita enggak bisa," ungkap Muradi, dilansir dari Kompas.com (15/9/2022).

Bahkan menurut Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran itu, para pimpinan di Polri pun diyakini mengetahui sepak terjang kelompok tersebut.

"Artinya bahwa sebenarnya apakah mereka (pimpinan Polri) tahu? Pimpinan saya yakin mereka tahu. Hanya memang selama itu tidak digunakan untuk hal yang sifatnya berlebihan ya," ujar Muradi.

Menurut Muradi, alasan Sambo dianggap sebagai perwira yang punya pengaruh besar di Polri adalah dugaan dirinya memiliki akses ekonomi.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com