Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Kepemimpinan, Blusukan, dan "Social Happiness"

Kompas.com - 29/08/2022, 16:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Namun, sayangnya, survei dari Deloitte and Workplace Intelligence 2022, sebanyak 68 persen pemimpin C-level mengakui bahwa mereka tidak mengambil tindakan yang cukup untuk menjaga kesehatan anggotanya dan pemangku kepentingan. Berbeda dengan pemimpin negara. Kedatangan pemimpin ingin memastikan well-being warganya.

Mereka ingin memastikan bahwa kebijakannya tepat sasaran dan melihat apa yang bisa ditingkatkan. Pemimpin-pemimpin kita ingin memastikan tanggung jawabnya terpenuhi dan warga merasakan manfaatnya.

Pemimpin negara melakukan transformasi dalam aspek psikologis, karena kedatangannya membuat warganya lebih bersemangat untuk berkontribusi sekecil apapun untuk negara.

Kita bisa sedikit menganalisis lebih jauh kedatangan Gubernur Ridwan Kamil ke keluarga Bi Mar. Gubernur berharap bahwa kedatangannya bisa menambah sedikit kebahagiaan.

Dari sisi keluarga Bi Mar, tentu menjadi sebuah kehormatan tersendiri bisa bersama Gubernur melakukan sahur bersama di kediamannya yang sederhana.

Mereka pun merasa senang karena pernah kedatangan Gubernur dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu. Apa yang dilakukan Gubernur Ridwan Kamil ialah mentransformasi perasaan warganya supaya lebih bahagia.

Dalam konteks ini, kita bisa melihat pemimpin-pemimpin bangsa sebagai pemimpin transformasional. Efeknya pun cukup dahsyat.

Ramazan (2019) meneliti pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kepuasaan kerja para guru. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan transformasional kepala sekolah memiliki korelasi yang kuat terhadap tingkat kepuasan kerja guru.

Penelitian lain dari Purwanto, et al (2021) juga bernada sama. Hasil penelitiannya terhadap 220 manajer dari perusahaan yang bergerak di bidang manajemen supply chain menemukan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang positif dan besar terhadap perilaku anggota organisasi.

Bahagia itu sederhana

Singkatnya, bagi rakyat Indonesia, kebahagiaan itu sesederhana bertemu dengan pemimpin yang selama ini hanya bisa dilihat di layar kaca. Memiliki pemimpin yang peduli dan baik membuat mereka senang, terlebih, bila sampai pemimpin negara berkunjung ke rumah seorang warga.

Ketika Presiden Jokowi ingin melawat ke Belawan, Medan, banyak warga membicarakannya. Bahkan, topik kedatangan mantan Wali Kota Solo itu bertahan sampai berhari-hari. Semua orang tidak sabar menunggu Presiden Jokowi datang ke daerahnya. B

agi warga, ini momen membahagiakan karena bisa berkesempatan bertemu langsung dengan Presiden. Selain itu, pada saat Presiden Jokowi ke Ende, NTT, beliau melakukan kunjungan ke rumah beberapa warga pada malam hari. Itupun di luar jadwal.

Beliau membagikan sembako beserta bantuan finansial untuk kebutuhan pokok warganya. Warga yang didatangi beliau pun terkejut karena tidak menyangka Presiden sendiri yang datang ke rumah mereka.

Purmayati, salah satu warga Ende pun tak kuasa menahan kebahagiaannya. Dia mengatakan, “Bahagia dan haru, tidak sangka-sangka Bapak Presiden mau datang di gubuk kami ini.”

Kehadiran seorang pemimpin negara memang membahagiakan warganya, terlepas dari status mereka. Banyak dampak positif apabila pemimpin mampu menciptakan kebahagiaan.

Sebagai contoh, penelitian dari Oswald, et al (2015) menemukan bahwa orang yang bahagia akan meningkatkan produktivitas sebesar 12 persen.

Selain itu, riset kolaborasi dari Said Business School Universitas Oxford berkolaborasi dengan perusahaan multinasional BT Group di tahun 2019 lalu menemukan bahwa anggota yang bahagia akan meningkat produktivitasnya sebesar 13 persen.

Kehadiran fisik “blusukan” pemimpin meningkatkan kebahagiaan sosial warganya, yang berimbas pada meningkatnya semangat bekerja warganya. Tetap #BerprosesLebihBaik ya leaders!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com