Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Penyakit yang Rentan Muncul Setelah Idul Adha

Kompas.com - 12/07/2022, 06:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Biasanya, penderita asam urat wajib untuk membatasi atau bahkan menghindari makanan dengan kandungan purin tinggi.

Daging merah, seperti daging sapi atau kambing merupakan jenis daging yang memiliki purin cukup tinggi.

Selain itu, jeroan sapi atau kambing yang sering kali ikut diolah menjadi menu Lebaran juga mengandung purin yang sangat tinggi.

Oleh karena itu, konsumsi jeroan hewan kurban sebaiknya dihindari agar terbebas dari gangguan kesehatan asam urat.

Baca juga: Cara Makan Daging Kambing untuk Penderita Hipertensi secara Aman

3. Gangguan pencernaan

Selain kolesterol tinggi dan asam urat, penyakit yang seringkali muncul saat Lebaran adalah gangguan penecernaan seperti diare dan sembelit.

Dikutip dari laman Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, diare bisa dipicu oleh kelebihan konsumsi makanan asam, pedas, dan bersantan.

Saat Idul Adha, tak jarang makanan yang disajikan bercita rasa asam, pedas, sekaligus bersantan.

Selain itu, beberapa orang juga kalap dan tidak bisa mengatur pola makan dengan baik. Inilah penyebab diare rentan muncul saat momen Lebaran.

Adapun sembelit, bisa terjadi lantaran tubuh lebih banyak menerima asupan karbohidrat dan kekurangan serat. Pasalnya, daging tidak memiliki kandungan serat di dalamnya.

Baca juga: Ini Cara Memasak Daging agar Daging Rendah Kolesterol

Tips aman konsumsi daging

Konsumsi daging kurban memiliki risiko tinggi, terutama bagi pengidap kolesterol tinggi maupun asam urat tinggi. Namun demikian, bukan berarti tidak boleh mengonsumsinya sama sekali.

Masyarakat hanya perlu membatasi konsumsi daging, agar kolesterol dan asam urat tidak kambuh, ataupun memicu gangguan pencernaan seperti diare dan sembelit.

Masih dari laman RSIA Bina Medika, berikut tips aman mengonsumsi daging saat hari raya Idul Adha:

  • Tidak makan daging secara berlebihan. Angka aman konsumsi daging yang direkomendasikan adalah 1–3 kali makan per pekan dengan berat 56–85 gram per porsi.
  • Pilih bagian daging yang tidak berlemak, misalnya bagian has dalam. Hal ini karena kandungan lemak jenuh pada daginglah yang memengaruhi kerja hati serta dapat meningkatkan kolesterol dalam tubuh.
  • Hanya konsumsi bagian daging, dan hindari mengonsumsi jeroan seperti hati atau usus. Hindari pula daging yang telah melalui pemrosesan seperti sosis atau ham.
  • Konsumsi sayur dan buah untuk mengimbangi kolesterol dari daging. Pastikan ada sayuran dan buah dalam seporsi makanan bersama daging.
  • Sebaiknya hindari memasak daging dengan digoreng atau dibakar, dan pilih pengolahan masakan dengan cara direbus, dikukus, atau dipanggang dengan sedikit minyak.
  • Untuk menu masakan daging yang berkuah seperti gulai, sop daging, atau tongseng, hindari santan dan garam yang berlebihan.
  • Imbangi pula dengan olahraga teratur, dan tetap rutin lakukan pemeriksaan kadar kolesterol, asam urat, serta kontrol ke dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Cek Lokasi Faskes dan Kantor BPJS Kesehatan Terdekat secara Online

Cara Cek Lokasi Faskes dan Kantor BPJS Kesehatan Terdekat secara Online

Tren
Ramai soal Video WNA Sebut IKN 'Ibukota Koruptor Nepotisme', Jubir OIKN: Bukan di Wilayah IKN

Ramai soal Video WNA Sebut IKN "Ibukota Koruptor Nepotisme", Jubir OIKN: Bukan di Wilayah IKN

Tren
Pos Indonesia Investasi Robot untuk Efisiensi Gaji, Ekonom: Perlu Analisis Lagi

Pos Indonesia Investasi Robot untuk Efisiensi Gaji, Ekonom: Perlu Analisis Lagi

Tren
Jawaban Anies soal Isu Duet dengan Kaesang, Mengaku Ingin Fokus ke Koalisi

Jawaban Anies soal Isu Duet dengan Kaesang, Mengaku Ingin Fokus ke Koalisi

Tren
Denmark Tarik Peredaran Mi Samyang karena Terlalu Pedas, Bagaimana dengan Indonesia?

Denmark Tarik Peredaran Mi Samyang karena Terlalu Pedas, Bagaimana dengan Indonesia?

Tren
Lolos SNBT 2024, Apakah Boleh Tidak Diambil? Ini Penjelasannya

Lolos SNBT 2024, Apakah Boleh Tidak Diambil? Ini Penjelasannya

Tren
Daftar PTN yang Menerima KIP Kuliah Jalur Mandiri, Biaya Studi Bisa Gratis

Daftar PTN yang Menerima KIP Kuliah Jalur Mandiri, Biaya Studi Bisa Gratis

Tren
KAI Kembali Operasikan KA Mutiara Timur, sampai Kapan?

KAI Kembali Operasikan KA Mutiara Timur, sampai Kapan?

Tren
Ramai soal La Nina Penyebab Hujan Turun Saat Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Ramai soal La Nina Penyebab Hujan Turun Saat Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Tren
Pulang Rawat Inap atas Permintaan Sendiri Tak Dijamin BPJS Kesehatan

Pulang Rawat Inap atas Permintaan Sendiri Tak Dijamin BPJS Kesehatan

Tren
Menko PMK Usul Korban Judi Online Jadi Penerima Bansos, Apa Alasannya?

Menko PMK Usul Korban Judi Online Jadi Penerima Bansos, Apa Alasannya?

Tren
Termasuk Infeksi yang Sangat Menular, Apa Itu Penyakit Difteri?

Termasuk Infeksi yang Sangat Menular, Apa Itu Penyakit Difteri?

Tren
Syarat dan Cara Mengurus KTP Hilang ke Kantor Dukcapil

Syarat dan Cara Mengurus KTP Hilang ke Kantor Dukcapil

Tren
Buntut Pengeroyokan Bos Rental Mobil, Polisi Sita 33 Motor dan 6 Mobil Bodong di Sukolilo Pati

Buntut Pengeroyokan Bos Rental Mobil, Polisi Sita 33 Motor dan 6 Mobil Bodong di Sukolilo Pati

Tren
Ahli Temukan Penangkal Racun Laba-laba 'Black Widow' dari Antibodi Manusia

Ahli Temukan Penangkal Racun Laba-laba "Black Widow" dari Antibodi Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com