Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Lebih Dekat Mengenal Willy Brandt

Kompas.com - 29/06/2022, 07:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANDAR Udara Internasional Jakarta bernama Soekarno-Hatta, New York: John .F. Kennedy, Warsawa: Fryderyk Chopin, Tirana: Ibu Teresa, Paris: Charles de Gaule, Berlin: Willy Brandt.

Siapa sebenarnya Willy Brandt?

Selama sedasawarsa pada tahun 1970-an abad XX saya belajar dan mengajar di Jerman, saya mengagumi Willy Brandt sebagai kanselir Jerman (pada masa itu masih Jerman Barat) yang menurut pendapat saya merupakan seorang negarawan sejati.

Pada masa kekanseliran 1969 sampai dengan 1974, Willy Brandt sebagai tokoh Sozialdemokratische Partei Deutschlands (SPD) telah berbuat banyak terutama meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan rakyat Jerman sehingga namanya secara anumerta diabadikan sebagai nama bandar udara internasional Berlin.

Bahkan pada tanggal 10 Desember 1971, komite Nobel menganugerahkan penghargaan Nobel kepada Willy Brandt yang dianggap berjasa dalam upaya mempersatukan kembali Jerman serta mendamaikan Eropa blok Rusia dengan Eropa blok Amerika Serikat melalui European Economic Community.

Ternyata tidak semua pihak setuju dengan saya mau pun komite Nobel maka menuduh Willy Brandt sebagai politikus yang konsisten dan konsekuen memanfaatkan jurus politik identitas untuk meraih kekuasaan mau pun mempertahankan kekuasaan bagi dirinya sendiri.

Pembunuhan karakter Willy Brandt bukan dilakukan oleh partai oposisi, namun juga internal SPD yang diprakarasi oleh musuh bebuyutan Willy Brandt, yaitu Herbert Wehner.

Beberapa kali saya menyaksikan di kaca televisi bagaimana para lawan politik yang antipati terhadap Willy Brandt secara terbuka menghujat sang putera terbaik kelahiran Luebeck sebagai politikus identitas yang egoistis dan egosentrik meletakkan kepentingan ambisi kekuasaan pribadi di atas segala-galanya.

Terkesan bahwa Willy Brandt terpaksa harus ikhlas distigmasisasi oleh para musuh politik sebagai “Bapak Politik Identitas” apalagi setelah pada tanggal 7 Desember 1970, secara demonstratif sebagai kanselir Jerman bersujud di pelataran monumen Warsawa Ghetto, Polandia demi menghormati para korban kekejaman Nazi Jerman pada masa Perang Dunia.

Terlepas dari benar-tidaknya tuduhan politik identitas, mujur tak teraih nahas tak tertolak mendadak terbongkarlah rahasia bahwa seorang di antara anggota ring satu internal kekanseliran Jerman adalah mata-mata Jerman Timur yang pada masa itu justru dianggap sebagai musuh utama Jerman Barat.

Maka Willy Brandt di masa puncak kejayaan sebagai Kanselir Jerman secara sukarela melengserkan diri dari tahta singgasana Jerman pada tahun 1974 untuk digantikan oleh Helmut Schmidt.

Menarik adalah pernyataan Willy Brandt setelah lengser bahwa dirinya merupakan korban politik identitas.

Dari pengakuan sang tokoh maha negarawan Jerman tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya politik identitas merupakan senjata para pelaku politik identitas untuk membunuh karakter lawan politik.

Berarti yang menuduh orang lain melakukan politik identitas sebenarnya adalah justru sang pelaku politik identitas itu sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com