Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Napak Tilas Sejarah Kuantum

Kompas.com - 22/06/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ILMU pengetahuan berkembang secara luar biasa cepat sehingga apa yang diajarkan di bangku sekolah senantiasa tertinggal oleh kenyataan.

Bahkan apa yang saya tulis di naskah yang sedang Anda baca ini juga sudah tertinggal oleh kenyataan.

Ketika saya masih di bangku SMA di Indonesia, guru fisika yang pada masa itu masih disebut sebagai ilmu alam belum mengajarkan apa yang disebut sebagai kuantum.

Mungkin berdasar keyakinan bahwa saya terlalu bodoh untuk mengerti apa itu kuantum.

Karena di Jerman saya studi musik, seni rupa dan manajemen, maka saya juga tidak memperoleh pelajaran tentang kuantum.

Pertama kali saya mengenal istilah kuantum justru bukan dari bangku sekolah, tetapi melalui serial acara televisi yang ditayangkan oleh NBC dengan judul Quantum Leap.

Kemudian agar mampu memahami makna kuantum, saya berusaha secara otodidak mempelajari sejarah pemikiran para tokoh tentang kuantum.

Konon berdasar apa kata para sejarawan matematika pada tahun 1900 Max Planck menyebut radiasi yang dikeluarkan oleh sebuah “blackbody” sebagai quanta.

Lima tahun kemudian, Albert Einstein menjelaskan dampak fotoelektrik oleh sinar tertentu berinteraksi dengan electron sebagai gumpalan yang kini dikenal sebagai proton.

Tahun 1913 Niels Bohr pertama kali mengembangkan sebuah model kuantum dari atom.

Tahun 1922 Otto Stern dan Walter Gerlach menemukan apa yang disebut sebagai quantum spin sebagai kuantisasi terhadap momentum angular.

Setahun kemudian menyusul Arthur Compton menemukan semesta kuantum dari X-ray mengkomfirmasi eksistensi photon.

Tahun 1923 Louis de Broglie menegaskan bahwa segenap matter memiliki properti seperti gelombang yang dapat disimpulkan bahwa partikel electron menampilkan wave-particle duality.

Setahun kemudian Wolfgang Pauli menemukan prinsip eksklusion. Menyusul Max Born pada tahun 1926 menyarankan interpretasi kemungkinan terhadap kuantum mekanik.

Tahun 1927 Werner Heisenberg mendeklarasikan prinsip ketidak-pastian setelah mengembangkan interpretasi mekanik matriks terhadap teori kuantum.

Tahun 1927 Niels Bohr memaklumatkan Tafsir Kopenhagen terhadap kondisi kuantum sebuah partikel.

Delapan tahun kemudian Erwin Schroedinger menawarkan eksprerimen pemikiran tersohor sebagai kucing Schroedinger di Austria yang tak kalah beken ketimbang anjing Pavlov di Rusia.

Setelah diselingi jeda nyaris dua puluh tahun akibat Perang Dunia II baru pada tahun 1964 John Bell menampilkan teorem kuantitatif probe mekanisme di balik quantum entanglement.

Tahun 1981 peraih anugerah Nobel, Richard Feynmann resusitasi perhatian terhadap kuantum dengan menawarkan gagasan quantum computing yang empat tahun kemudian didukung oleh David Deutsch melalui publikasi makalah tentang universal quantum computer yang akhirnya
baru pada tahun 2019 diwujudkan oleh IBM menjadi kenyataan sebagai Q System One Quantum Computer.

Setelah babak-belur akibat jatuh-bangun berupaya menyimak sejarah kuantum alih-alih makin mengerti, saya malah makin tidak mengerti tentang apa sebenarnya makna istilah kuantum yang bahkan kini bebas merdeka merajalela secara berkuantum-kuantum dalam aneka ragam bentuk, misalnya teori kuantum, mekanik kuantum, fisika kuantum, kimia kuantum, jam kuantum, kalkulator kuantum, komputer kuantum, musik kuantum, puisi kuantum, statistik kuantum, lompatan kuantum, meditasi kuantum, dharma kuantum, karma kuantum, dawet kuantum, rendang kuantum, parpol kuantum, wayang kuantum, kuantum kuantum serta entah apa lagi kuantum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com