Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Benarkah Orang Pendek Sudah Pasti Stunting?

Kompas.com - 21/06/2022, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Anak yang pendek (stunted) dan mengalami kegagalan pertumbuhan (stunting) sering kali disalahpahami. Meskipun keduanya membuat tubuh anak jadi tak terlalu tinggi, tapi ada perbedaan yang perlu diketahui.

Tingginya penderita stunting membuatnya berada di posisi pertama dari enam tujuan Target Gizi Global untuk 2025. Bahkan, masalah ini juga merupakan indikator kunci bagi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan kedua, yaitu mengurangi kelaparan.

Tak hanya itu, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat penderita stunting yang cukup tinggi. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, upaya pencegahan stunting di Indonesia mencapai 27,7 persen.

Artinya, ada sekitar satu dari empat anak balita yang mengalami stunting. Angka tersebut masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan WHO, yaitu 20 persen.

Melihat data itu, tak heran jika Reshia dalam audio drama siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Apa Aku Kerdil” mengkhawatirkan kondisi tubuhnya yang lebih mungil dibandingkan dengan saudara-saudara lainnya.

Setelah mencari-cari lewat situs daring, ia pun merasa dirinya terkena stunting. Akan tetapi, apakah benar? Lantas, apa yang membedakan orang dengan postur tubuh kecil dengan terkena stunting?

Baca juga: Atasi Permasalahan Stunting di Indonesia, Peneliti BRIN Manfaatkan Teknik Analisis Nuklir

Perbedaan Stunting dan Stunted

Stunting adalah kondisi ketika anak gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama (1000 HPK) kehidupan mereka. Selain itu, stunting adalah salah satu tolok ukur utama yang digunakan untuk menilai kekurangan gizi pada anak.

Kondisi ini dapat memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif jangka panjang anak hingga dewasa nanti. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan menyebabkan pertumbuhan otak dan organ lain terganggu. Hal ini bisa mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, gangguan jantung, hingga sulit fokus.

Sementara itu, anak dengan tubuh yang pendek belum tentu mengalami stunting. Mereka berada dalam pertumbuhan yang normal. Akan tetapi, tinggi badannya memang lebih pendek daripada anak-anak seusianya.

Justru, ini adalah hal normal karena seiring berjalannya waktu, anak akan tumbuh tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka masih berada dalam waktu tumbuh kembang. Biasanya, jika saat remaja anak masih bertubuh pendek, itu adalah faktor keturunan karena mayoritas keluarganya juga demikian.

Hal berbeda dialami oleh anak stunting yang terus mengalami keterlambatan tumbuh. Dikutip dari Paudpedia Kemdikbud, mereka biasanya tumbuh lebih lambat sekitar empat sentimeter tiap tahun di masa prapubertas. Anak stunting juga mengalami keterlambatan masa puber yang biasanya terjadi di usia 15 tahun.

Penyebab Stunting

Stunting disebabkan karena anak tidak memiliki nutrisi yang cukup untuk menopang masa tumbuh kembangnya. Hal ini biasanya disebabkan oleh pola makan yang buruk, ditambah dengan gizi yang minim. Kondisi ini makin diperparah jika anak mengalami suatu penyakit.

Ketika anak sedang berjuang melawan suatu penyakit, kebutuhan nutrisinya sering kali lebih tinggi. Ini disebabkan karena anak membutuhkan lebih banyak nutrisi dan energi untuk melawan sumber penyakit.

Misalnya, jika mengalami diare, anak membutuhkan konsumsi makanan yang penuh serat dan minuman bersih. Bayangkan apabila anak justru diberi makan yang rendah gizinya, seperti mi instan. Alih-alih pulih, hal itu tentu akan memperburuk kondisinya.

Ternyata, kesehatan sang ibu juga berpengaruh pada kondisi anak. Saat hamil, ibu perlu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi yang penuh vitamin serta mineral. Jika asupan tersebut rendah, janin bisa mengalami malnutrisi.

Kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada anak.

Baca juga: Cegah Stunting, Cukupi Kebutuhan Protein Hewani Balita

Setelah sang anak lahir, sebaiknya ibu langsung memberikan asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya. Berikan perawatan yang optimal agar anak tercukupi kebutuhan nutrisinya.

Oleh karena itu, untuk mencegah stunting, kita harus memastikan sang ibu memiliki gizi dan kesehatan yang baik sebelum, selama, dan sesudah kehamilan.

Sementara itu, sang anak harus mendapatkan asupan makanan yang cukup dan bergizi, akses ke fasilitas air bersih, akses sanitasi yang bersih, dan akses ke fasilitas kesehatan yang memadai agar bisa mendapat perawatan yang memadai.

Perlu diingat bahwa saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan stunting yang membahayakan kehidupan anak. Sekitar empat dari sepuluh anak di Indonesia diperkirakan mengalami stunting. Untuk menanganinya, pemerintah sendiri sudah menargetkan Program Penurunan Stunting menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang.

Akan tetapi, program ini tentu tak akan berjalan dengan semestinya tanpa ada partisipasi aktif oleh masyarakat. Maka dari itu, sebagai orangtua, kita harus lebih waspada terhadap kesehatan si kecil.

Dengarkan kisah-kisah dongeng lainnya dalam balutan audio drama hanya melalui siniar Dongeng Pilihan Orangtua di Spotify. Ada banyak jenis dongeng yang bisa kita dengarkan bersama anak, mulai dari fabel, legenda, hingga kisah keseharian sang buah hati.

Ikuti juga siniarnya agar kalian selalu terinfo tiap ada episode terbaru!

Baca juga: Tak Hanya Stunting, Masalah Kesehatan Berikut Juga Intai Keluarga Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com