Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Tiga Cara meningkatkan Motivasi bagi Pendamping Down Syndrome

Kompas.com - 08/06/2022, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berdasarkan teori SDT, competence (kompetensi/keterampilan) berbicara mengenai kebutuhan dasar untuk merasa mahir dan berdampak.

Lebih lanjut lagi, Deci dan Ryan (1980) mengusulkan konsep optimal challenges untuk menggambarkan keselarasan antara kemampuan seseorang dengan tuntutan tugas sehingga individu memperoleh rasa mahir dan kepuasan dari competence.

Kegiatan menyusun puzzle dapat meningkatkan motivasi karena menjadi sebuah tantangan bagi para pendamping untuk membimbing dan mengarahkan anak asuhnya.

Tantangan tersebut diberikan dalam bentuk tantangan yang realistis dan tidak terlalu sulit sehingga memungkinkan pendamping untuk melakukannya dengan baik.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi optimal challenge karena para pendamping akan melatih serta mengembangkan kemampuan dirinya untuk memenuhi tugas-tugas sebagai pendamping DS.

3. Merancang tujuan karir

Kegiatan ini dirancang khusus untuk para pendamping, berbeda dengan dua kegiatan sebelumnya yang melibatkan anak asuh.

Sesuai dengan prinsip utama dari Goal-Setting Theory, para pendamping dapat menuliskan berbagai macam tujuan yang ingin dicapai selama bekerja sebagai pendamping, dapat berupa jenjang karir maupun pencapaian yang dapat dilakukan oleh anak asuhnya.

Tujuan tersebut terdiri dari tujuan besar dan langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan besar tersebut.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan media berupa kertas template yang telah didesain sedemikian rupa, lalu menggunakan alat tulis, seperti pensil ataupun pena.

Kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan ini juga perlu diselingi dengan pemberian positive feedback dan reward.

Positive feedback atau pujian memungkinkan para pendamping untuk merasa kompeten atas pekerjaannya, seperti mengasuh, mendampingi, serta membimbing anak asuhnya.

Hal ini memungkinkan terpenuhinya kebutuhan competence para pendamping yang kemudian mengarah ke peningkatan motivasi.

Sedangkan, reward merupakan aplikasi dari teori operant conditioning yang menyebutkan bahwa perilaku seseorang termotivasi oleh konsekuensi yang diberikan.

Maka dari itu, positive feedback dan reward memiliki peran yang sama pentingnya dalam peningkatan motivasi seseorang.

Tidak kalah penting, Ryan dan Deci (2017) juga menyebutkan bahwa teori SDT mampu meningkatkan motivasi apabila individu memiliki perilaku proaktif dan mau terlibat dengan lingkungannya.

Maka dari itu, kegiatan-kegiatan yang telah dipaparkan di atas memungkinkan peningkatan motivasi pada pesertanya.

*Febry Natasya, Viorra, Ni Made Gita Anandita Dewi, Mahasiswa Program Studi Psikologi Jenjang Sarjana UNTAR
Monty P. Satiadarma, S. Psi, MS/AT, MFCC, DCH, Dr., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi UNTAR

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com