Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Ancaman Krisis Pangan Global

Kompas.com - 04/06/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DIREKTUR IMF, Kristalina Georgiva pada Forum Ekonomi Dunia di Davos galau berat terhadap gejala kenaikan harga pangan akan terus melambung sampai lepas kendali sebagai dampak dari pagebluk Corona sejak awal 2020, yang malah masih diperparah oleh inflasi terus meroket akibat Perang Rusia-Ukrania maupun perubahan iklim.

Sebelumnya Sekjen PBB, Antonio Gutteres sudah memperingatkan agar seluruh dunia bersikap waspada demi mencegah malapetaka krisis pangan akan melanda dunia pada belahan kedua tahun 2022, apabila PBB tidak segera turun tangan menghadapi ancaman Armagedon global.

Berdasar pengamatan PBB kenaikan harga pangan pada tahun 2021, meningkat sekitar 33 persen, harga pupuk lebih dari 50 persen.

Sementara BBM nyaris 70 persen sehingga jumlah manusia yang terdampak krisis pangan berlipat ganda selama dua tahun terakhir dari 135 juta sebelum pagebluk menjadi 276 juta di masa kini.

Bahkan, menurut PBB, jumlah manusia di dunia yang terdampak wabah kelaparan sudah meningkat lebih dari 500 persen sejak 2016!

Di Etiopia, Somalia dan Kenya jumlah penderita kelaparan meningkat dari 10 juta pada tahun lalu menjadi 23 juta sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap 48 detik ada seorang insan manusia di tiga negara itu meninggal dunia akibat kelaparan terdampak pagebluk Corona, perubahan iklim dan inflasi yang diperparah oleh perang Rusia versus Ukraina.

India dirundung krisis panen gandum melangkakan sediaan maka meroketkan harga gandum sehingga China melirik sagu menggantikan gandum sebagai bahan mie yang merupakan pangan utama rakyat China.

Kebetulan Rusia dan Ukraina adalah supplier 25 persen gandum untuk seluruh dunia maka dapat dimahfumi bahwa perang antara kedua negara pemasok utama gandung jelas secara langsung merusak suasana pasar gandum global secara bukan alang jepalang.

Krisis ekonomi akibat inflasi tinggi Sri Lanka sudah berkembang menjadi krisis politik bahkan sosial.

Afghanistan berada di ambang wabah kelaparan, sementara Lebanon sudah krisis ekonomi parah sejak 2021 apalagi Suriah, Irak, Libia, Yaman.

Harga daging, ikan, telur yang dikonsumsi rakyat Amerika Serikat meningkat 15 persen dibanding tahun lalu.

Sementara harga sayur mayur di China sebagai negara yang paling ketat mengendalikan harga pangan domestik ternyata melangit sampai lebih dari 25 persen.

Suatu angka cukup fantastis mengingat China juga ketat mengendalikan statistik ekonomi.

Keseluruhan indikasi krisis ekonomi global tersebut pada hakikatnya membenarkan kekhawatiran saya sejak awal 2020 ketika pagebluk Corona mulai dikabarkan merambah keluar dari Wuhan memporakporandakan dunia termasuk Indonesia bahwa siklus 100 tahun sejak 1920 pagebluk flu Spanyol melanda dunia disusul depresi ekonomi yang akhirnya meledakan Perang Dunia II akan kembali terjadi pada abad XXI akibat pagebluk Corona.

Sudah barang tentu saya sama sekali tidak mengharapkan bahwa pagebluk Corona di abad XXI akan berdampak seburuk pagebluk Flu Spanyul di abad XX.

Namun di sisi lain juga bukan berarti umat manusia bisa bersikap gegabah maka menganggap enteng dampak geososio-politis pagebluk Corona.

Dari lubuk sanubari terdalam saya justru tulus mengharap agar umat manusia segera menghentikan angkara murka saling membenci apalagi saling membinasakan untuk segera berkenan bersatu padu eling lan waspodo bergotong-royong menghadapi segenap dampak prahara pagebluk Corona demi mencegah tragedi malapetaka dunia berlumuran air mata dan darah puluhan juta manusia di masa lalu jangan sampai kembali terjadi di masa kini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com