Selama gelembung, aset biasanya diperdagangkan pada harga atau dalam kisaran harga yang sangat melebihi nilai intrinsik aset (harga tidak selaras dengan dasar aset).
Penyebab gelembung diperdebatkan oleh para ekonom. Beberapa ekonom bahkan tidak setuju bahwa gelembung terjadi sama sekali (atas dasar bahwa harga aset sering menyimpang dari nilai intrinsiknya).
Namun, gelembung biasanya hanya diidentifikasi dan dipelajari dalam retrospeksi, setelah penurunan harga besar-besaran terjadi.
Baca juga: Dua Perusahaan Startup LinkAja dan Zenius PHK Ratusan Karyawan, Apa Alasannya?
Gelembung ekonomi terjadi setiap kali harga barang naik jauh di atas nilai riil barang tersebut.
Gelembung biasanya dikaitkan dengan perubahan perilaku investor, meskipun apa yang menyebabkan perubahan perilaku ini masih diperdebatkan.
Gelembung di pasar ekuitas dan ekonomi menyebabkan sumber daya ditransfer ke area dengan pertumbuhan cepat.
Di akhir gelembung, sumber daya dipindahkan lagi ini menyebabkan harga turun.
Selain itu, Didik menjelaskan bahwa perusahaan yang terdampak atau melakukan PHK massal merupakan salah satu ciri dari fenomena Bubble Burst.
"Cirinya itu karyawannya dikurangin," ujar Didik.
Ia mencontohkan, salah satu startup yang bergerak di bidang pariwisata cukup terpuruk saat pandemi, karena pemerintah melakukan pembatasan perjalanan baik domestik maupun mancanegara,
Didik juga mengatakan, startup bidang pariwisata ini akan kembali bangkit saat pemerintah melonggarkan aturan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.