Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Hikmah Kebijaksanaan dari Batu, Jawa Timur, untuk Sri Lanka

Kompas.com - 15/04/2022, 09:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hikmah pembelajaran dari Sri Lanka

Dari kejadian di Sri Lanka kita bisa mengambil hikmah kebijaksanaan mengenai tata pemerintahan yang berpusat kepada kroni dan kekuasaan “keluarga” tanpa batas serta tanpa kontrol, bisa menyebabkan negara bangkrut.

Salah urus negara dengan pinjaman luar negeri yang ugal-ugalan, tanpa melihat dampak jangka panjang jika tidak bisa bayar pinjaman, menjadikan Sri Lanka masuk dalam jebakan dan jeratan pengutang. Dalam hal ini China menjadi “rentenir” tanpa ampun bagi Sri Lanka.

Seorang pemimpin sejati, tidak goyah akan bujukan atau laporan “asal bapak senang” dari para pembantunya. Seorang pemimimpin tahu, kapan dia harus mengakhiri jabatannya dan menolak perpanjangan jabatan yang melanggar konstitusi.

Beruntunglah kita, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki ketegasan untuk tidak menggubris wacana yang digaungkan para pembantu di inner circle-nya yang begitu “getol” menggulirkan wacana perpanjangan jabatan presiden tiga periode.

Soal hutang negara, saya yang tuna pengetahuan keuangan dan fiskal hanya berharap agar utang yang dilakukan berbagai rezim tidak menyulitkan kehidupan anak, cucu atau cicit kita kelak. Tragedi kebangkrutan yang melanda Sri Lanka dan menyusul Maladewa serta beberapa negara di Afrika hendaknya menjadi pelajaran dan warning bagi kita semua.

Bank Indonesia per Februari 2022 masih mencatat posisi utang luar negeri Indonesia mencapai 416,3 miliar dollar AS. Di antaranya, utang pemerintah sebesar 201,1 miliar dollar AS dan sisanya utang sektor swasta. Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menjanjikan terus menjaga penerbitan utang terus terkendali agar tidak gagal bayar seperti yang dialami Sri Lanka (Kompas.com, 14/04/2022).

Ketergantungan Sri Lanka akan barang-barang kebutuhan pokok dari hasil impor hendaknya menjadi pelajaran bagi kita untuk terus menggalakkan swasembada pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Kedelai sebagai bahan baku tempe, akan terdengar konyol jika masih didatangkan dari luar negeri. Minyak goreng yang berbahan baku sawit, juga lucu jika kita masih mengalami kelangkaan.

Keberpihakan terhadap produk dalam negeri seperti alat produksi pertanian atau alat-alat kesehatan yang notabene bisa kita buat dengan kualitas dan harga bersaing, justru tidak dijadikan pilihan tetapi malah menggunakan produk luar negeri. Andai saja devisa yang digunakan untuk belanja barang dari luar dialihkan untuk membelanjakan produk buatan dalam negeri sendiri sendiri maka daya ungkit ekonomi di masyarakat ikut terimbas. Rakyat kita tidak kelaparan tetapi akan sejahtera loh jinawi.

Hikmah kebijaksanaan dari Batu

Sebelum menggelar kegiatan rutin safari Ramadhan berupa pemberian santunan untuk anak-anak yatim piatu, janda dan duafa di Desa Tulungrejo dan Desa Sumbergono di Kecamatan Buamiayu, Kota Batu, Jawa Timur hari Kamis (14/4/2022), saya terhenyak dengan ungkapan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko.

Seperti bertolak belakang dengan hasil survei yang dilakukan Nusakom Pratama beberapa waktu lalu mengenai tingkat kepuasan warga yang masih tinggi dan tingkat keterpilihan kembali Dewanti Rumpoko sebagai wali kota di pemilu serentak mendatang cukup besar, Dewanti malah memilih “tidak maju” lagi sebagai orang nomor 1 di Kota Batu yang dikenal sebagai kota wisata. Dewanti Rumpoko bersama Punjul Santoso memenangi Pilwali Batu di 2017 dan akan berakhir jabatan di akhir 2022 ini.

Baca juga: Nama Wali Kota Batu Muncul Dalam Dakwaan Eddy Rumpoko, Disebut Pernah Terima Gratifikasi

Pernyataan Dewanti seperti menjadi anomali di jagat politik Tanah Air kita mengingat “jerat” kekuasaan biasanya terus berputar di ranah keluarga setelah menjabat dua periode kepemimpinan. Padahal Dewanti baru kali pertama menjabat wali kota dan warga Batu puas dengan kepemimpinannya.

“Harus diakui, umur dan keterbatasan fisik di usia kepala enam membuat tenaga dan pikiran terkuras untuk all out menjalankan roda pemerintahan daerah. Idealnya kepala daerah di level kabupaten atau kota berusia muda agar bisa menapak di jenjang provinsi di usia dewasa dan matang jika menjadi pemimpin nasional. Pemimpin harus tahu kapan dia harus mundur dan kapan memberikan kesempatan untuk anak muda.” (Dewanti Rumpoko – Walikota Batu).

Dari Batu kita mengambil pelajaran akan sikap kenegarawanan dari seorang Dewanti Rumpoko. Menjadi pemimpin tidak boleh menggunakan “aji mumpung” walau kesempatan sangat terbuka lebar. Tidak terlena oleh bujuk rayu para pembantunya dan tidak lupa diri karena pujian (sebagian) rakyatnya.

Andai saja para pemimpin negeri Sri Lanka bisa bertandang ke Batu, tidak saja berwisata sembari memetik buah apel tetapi juga menjumput makna kepemimpinan yang hakiki; Ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji-aji, sugih tanpo bondho. Menyerang tanpa membawa teman, menang tanpa merendahkan, sakti tanpa mengandalkan kekuasaan, kekayaan, kekuatan, atau keturunan. Dan kaya tanpa didasari banyaknya materi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com