Kemarahan umumnya berakar pada kesedihan dan ini diakui Presiden Jokowi.
Karena itu, kita perlu melihat kesedihan apa yang memicu kemarahan Presiden Jokowi saat harusnya memberi arahan.
Pertama soal seremoni dalam acara afirmasi bangga buatan Indonesia. Seremoni atau hahahihi ini tidak sesuai dengan kenyataan.
Kekecewaan karena tidak satunya kata dan perbuatan itu memunculkan kesedihan. Kesedihan memunculkan kemarahan.
Predikat "bodoh sekali" dan "bodoh banget" dilekatkan Presiden Jokowi kepada para pejabat.
Di panggung-panggung seremoni para pejabat mengatakan bangga buatan Indonesia, tapi dalam realisasi penggunaan anggaran justru nyata-nyata mengkhianti.
Anggaran pengadaan barang dan jasa dari pemerintah pusat Rp 526 triliun, pemerintah daerah Rp 535 trilian, dan BUMN 420 triliun dipakai untuk membeli barang-barang impor.
Kenyataan pengkhianatan yang dirayakan dengan seremoni afirmasi bangga buatan Indonesia di Bali memunculkan kekecewaan, menjadi dasar kesedihan.
Kekecewaan yang menjadi dasar kesedihan dan meluap dalam kemarahan, bukan arahan seperti diharapkan.
Presiden Jokowi mengecam "kemalasan" para menteri dan pejabat yang tidak detail dalam penggunaan anggaran dan terkesan lepas tangan ketika diminta pertanggungjawaban.
Menurut Presiden, jika 40 persen saja total anggaran pemerintah pusat, daerah, dan BUMN dibelanjakan untuk produk dalam negeri, ada kontribuasi pertumbuhan ekonomi sekitar 2 persen. Ya, 2 persen, angka yang bakalan sangat signifikan efeknya.
Dua periode pemerintahan berjalan, hal ini tidak juga bisa dilakukan. Presiden Jokowi menyatakan hal ini tidak bisa diterus-teruskan. Harus dicukupkan.
Barang-barang impor yang memunculkan kekecewaan, kesedihan, dan kemudian kemarahan antara lain CCTV, laptop, traktor, alat tulis, kursi, alat kesehatan, seragam, sepatu tentara dan polisi.
Empat pembantu di kabinet yang ada di bawah kendali Presiden Jokowi disebut-sebut langsung.
Mereka adalah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri BUMN Erick Thohir.