Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Sejarah Perbedaan Standar Kecantikan Dunia dan Faktornya

Kompas.com - 23/03/2022, 17:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbagai Sejarah Kosmetik dan Perawatan Diri

Berbagai budaya juga telah memengaruhi ramuan kosmetik asli mereka sendiri. Misalnya, orang Mesir menggunakan batu bara bubuk untuk mempercantik mata mereka atau pacar untuk memberi warna pada bibir dan kuku mereka.

Karena setiap hari menggunakan wig, maka pisau cukur dan batu apung digunakan oleh pria dan wanita untuk membersihkan kepala mereka yang botak. Orang Mesir juga sangat menjunjung tinggi kebersihan. Mereka mandi setiap hari sehingga pemandian menjadi tempat yang populer.

Orang Ibrani dan Arab diketahui sangat konservatif dengan kosmetik. Hal ini terjadi karena ada anggapan agama bahwa menghias diri sebaiknya tidak ditunjukkan ke khalayak. Akan tetapi, penggunaan pacar, kohl, dupa, aromatik dan parfum diperbolehkan.

Orang Yunani menggunakan emolien yang berasal dari lilin lebah, air mawar, dan minyak zaitun untuk melembabkan kulit. Namun, di sana pernah ada anggapan bahwa makeup hanya digunakan oleh pelacur.

Dalam hal pengeluaran untuk kecantikan, bangsa Romawi jauh lebih boros dan eksperimental. Berbagai kosmetik digunakan untuk mempercantik kulit, rambut, tubuh dan kuku. Rambut tipis dan hiasan warna pada rambut menjadi salah satu tren yang cukup digemari.

Baca juga: Bahaya Toxic Positivity yang Harus Kamu Hindari

Pria dan wanita Afrika menggunakan alkali untuk meluruskan rambut. Padahal, cairan alkali sering membakar kulit kepala dan mata mereka. Untuk menghentikan ini, para pemimpin kulit hitam seperti Malcolm X dan Martin Luther King sering memuji saudara-saudara kulit hitam agar mereka berhenti melakukan itu.

Di Jepang terdapat praktik kecantikan ekstrem untuk mengecat wajah dan tubuh mereka menjadi putih yang dilakukan para geisha. Lilin mendidih juga digunakan untuk melapisi rambut sehingga ia mampu bertahan sepanjang malam.

Di zaman Elizabeth, wanita ingin mendapatkan penampilan pucat porselen seperti ratu. Padahal, ratu mereka menggunakan bahan-bahan pemutih kulit yang berbahaya, yaitu ceruse dan kombinasi cuka yang berpotensi mematikan dengan timbal putih.

Ini berbahaya karena bubuk timbal secara bertahap mulai menggerogoti kulit hingga meninggalkan luka.

Itulah beberapa gaya kecantikan tiap negara dari masa ke masa. Keindahan pada akhirnya hanya dapat dilihat dari mata yang melihatnya. Mengikuti tren kecantikan tidak salah, hanya saja jangan sampai lupa untuk menjadi diri sendiri.

Simak pembahasan menarik Henny dalam siniar Semua Bisa Cantik episode “Henny Levin: Mendobrak Standar Kecantikan dengan Penerimaan Diri” di Spotify.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com