Dengan alasan menyelamatkan Tentara Republik Indonesia (TRI) dari kehancuran, Syahrir mendesak Nasution agar memenuhi ultimatum tersebut. Syahrir berpendapat bahwa TRI belum mampu menandingi kekuatan pasukan Sekutu.
Baca juga: Peringatan G30S/PKI dan Aturan soal Pengibaran Bendera Setengah Tiang...
Esok harinya, Nasution kembali ke Bandung untuk sekali lagi melakukan negosiasi terkait penundaan pelaksanaan ultimatum.
Namun, tentara Sekutu tetap pada pendiriannya menolak penundaan ultimatum. Sebaliknya, Nasution juga menolak tawaran sekutu yang hendak meminjamkan seratus truk untuk membawa pasukan Indonesia ke luar kota.
Dalam pertemuan yang diadakan Nasution dengan para Komandan TRI, para pemimpin laskar dan aparat pemerintahan dicapai kesepakatan untuk membumihanguskan Bandung sebelum kota itu ditinggalkan.
Baca juga: 5 Fakta Seputar Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Menurut rencana, bumi hangus akan dilakukan pada 24 Maret pukul 00.00. Ternyata, bumi hangus dilaksanakan lebih awal yakni pukul 21.00.
Gedung pertama yang diledakkan ialah Bank Rakyat. Disusul dengan pembakaran tempat seperti Banceuy, Cicadas, Braga dan Tegalega.
Anggota TRI membakar sendiri asrama-asrama mereka.
Dilansir Kompas.com, 21 Agustus 2020, pembakaran dilakukan bersamaan dengan keluarnya mereka dari Bandung. Peristiwa tersebut dilakukan oleh 200 ribu orang dalam waktu 7 jam.
Hal tersebut membuat sekutu tidak dapat memakai Bandung sebagai markas militer.
Akibat pembakaran tersebut, seketika itu Bandung dipenuhi dengan api yang berkobar. Oleh karena itu peristiwa tersebut dikenal dengan Bandung Lautan Api.
Baca juga: Spesifikasi Pesawat Cureng, Digunakan untuk Menumpas PKI di Madiun
Dikutip dari Harian Kompas, 1 April 1987, selain tentara, rakyat juga membakar rumahnya masing-masing.
Semua jalan keluar mulai dari selatan Cimahi sampai Ujungberung di timur, dipenuhi oleh rakyat yang mengungsi, terutama jalan Dayeuhkolot dan Margahayu. Ada puluhan ribu rakyat yang hanya membawa sedikit harta yang bisa diselamatkan.
Hujan turun rintik-rintik sepanjang malam, langit terang benderang oleh lautan api, dan udara dipenuhi oleh ledakan dan tembakan.
Baca juga: Spesifikasi KRI RE Martadinata-331, Kapal Perang Perusak Kawal Rudal Milik TNI AL
Peristiwa itu disambut Yogyakarta dengan protes, mengapa Bandung tidak dipertahankan sampai titik darah terakhir?
Nasution mengatakan bagaimanapun Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang hanya punya 100 pucuk senapan efektif, tidak mungkin dapat menangkis Divisi ke-23 dalam ruangan yang begitu sempit.
Kalau memang harus jatuh, lebih baik sekutu hanya menerima puing-puingnya saja sementara TRI tetap dapat utuh dan melanjutkan gerilya dalam kota setiap malam.
Baca juga: 5 Fakta Film G30S/PKI, dari Film Wajib Era Soeharto hingga Pecahkan Rekor Penonton
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.