Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kutang di Indonesia Berawal dari Proyek Jalan Anyer-Panarukan

Kompas.com - Diperbarui 13/10/2022, 07:28 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Editor

 

Bentuk Kutang Suroso

Kutang Suroso berbentuk menyerupai silinder atau pipa tabung yang berbahan dasar kulit kayu.

Kutang Suroso juga dapat menutupi tubuh dari bawah ketiak sampai panjang yang diinginkan.

Kekhasan dari Kutang Suroso terdapat di bagian kancing yang terletak di bagian muka, berbeda dengan kutang atau BH kotemporer dan modern.

Keberadaan kancing atau pengait kutang di bagian depan dapat mempermudah penggunanya untuk menggapainya.

Hal tersebutlah yang sering dikeluhkan oleh wanita lanjut usia karena kerap terkilir ketika menggapai pengait yang biasanya berada di bagian punggung.

Sensasi kutang suroso

Fitri Astuti, seorang yang berminat pada kajian sejarah dan budaya, khususnya perempuan, menjelaskan alasannya mengkoleksi Kutang Surosa di masa kini.

Menurut Fitri, Kutang Suroso merupakan medium pengantar agar dapat mengetahui dan merasakan bagaimana menjadi perempuan masa silam.

"Dengan mengenakan Kutang Soroso saya ingin mengalami masa lalu dari sensor kulit dan penampakan visualnya di tubuh saya," ujarnya. 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh yetty sutrisno (@yetty_sutrisno)

Fitri mengatakan bahwa Kutang Suroso memiliki bentuk yang khas, memadukan antara kombinasi terbuka dan tertutup.

Berikut kekhasan Kutang Suroso menurut Fitri:

  • Bagian penutup payudara memperlihatkan belahan dada yang rendah
  • Bagian bawah dada lebih panjang dari bra modern, sehingga sebagian perut tertutup

Umumnya, payudara merupakan salah satu daya tarik seksual bagi pria dan bagian titik sensual bagi perempuan itu sendiri.

"Kutang Suroso bisa mengakomodasi kedua hal itu, menutup payudara sebagai organ tubuh yang perlu dilindungi dan memberi daya tarik sensual," ujar fitri.

Selain itu, menurut pengalaman Fitri, Kutang Suroso dapat menutup payudara secara baik, namun tidak dapat menopangnya secara sungguh-sungguh.

Baca juga: Sejarah dan Isi Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755, Siasat Licik VOC Memecah Mataram

Masih diminati

Pemilik Reina Store yang menjual Kutang Suroso, Evy Sofia mengungkapkan, awalnya saat menjual busana sejak 2020 ia menganggap Kutang Suroso tidak ada keistimewaannya.

"Sebagai orang yang pernah tinggal di desa, pemandangan old lady alias simbah-simbah memakai Kutang Suroso dipadukan dengan jarik sungguh lazim terlihat," ungkap perempuan berkerudung ini di akun media sosialnya.

Namun, Evy heran sampai saat ini masih banyak orang yang berminat pada Kutang Suroso. Bahkan para pembelinya adalah perempuan modis yang fashionable.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ni Ketut Putri Minangsari (@poetryreading)

Menurutnya, perempuan modern yang berminat memakai kutang awal abad ke-20 tersebut karena kearifan lokal yang dipadukan dengan teknik pemasaran.

"Kearifan lokal yang dipadukan dengan kemampuan memasarkan insyaallah akan menghasilkan ledakan dahsyat. Mengubah mindset Kutang Suroso dari kekunoan menjadi kekinian itu tantangan besar," ungkap Evy.

Evy dalam memasarkan dagangannya di media sosial, menyisipkan kata-kata yang menggelitik, "Aku tanpamu bagai payudara tanpa Kutang Suroso. Terombang-ambing."

Nah, itulah sejarah kutang atau bra (BH) di Indonesia yang disebut-sebut mulai ada sejak zaman abad ke-19 di Pulau Jawa atau berawal dari Proyek Jalan Anyer-Panarukan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com