Kutang Suroso berbentuk menyerupai silinder atau pipa tabung yang berbahan dasar kulit kayu.
Kutang Suroso juga dapat menutupi tubuh dari bawah ketiak sampai panjang yang diinginkan.
Kekhasan dari Kutang Suroso terdapat di bagian kancing yang terletak di bagian muka, berbeda dengan kutang atau BH kotemporer dan modern.
Keberadaan kancing atau pengait kutang di bagian depan dapat mempermudah penggunanya untuk menggapainya.
Hal tersebutlah yang sering dikeluhkan oleh wanita lanjut usia karena kerap terkilir ketika menggapai pengait yang biasanya berada di bagian punggung.
BH buste houder utawi kotang ....ing djamane multi fungsi kanggo nylepitke dhuwit jaman eyangku putri nbiyen heheheee ....nuwun....djaman kotang suroso ...... pic.twitter.com/mjKRQFuTBt
— mesemeleh (@cahklaten78) September 21, 2019
Fitri Astuti, seorang yang berminat pada kajian sejarah dan budaya, khususnya perempuan, menjelaskan alasannya mengkoleksi Kutang Surosa di masa kini.
Menurut Fitri, Kutang Suroso merupakan medium pengantar agar dapat mengetahui dan merasakan bagaimana menjadi perempuan masa silam.
"Dengan mengenakan Kutang Soroso saya ingin mengalami masa lalu dari sensor kulit dan penampakan visualnya di tubuh saya," ujarnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Fitri mengatakan bahwa Kutang Suroso memiliki bentuk yang khas, memadukan antara kombinasi terbuka dan tertutup.
Berikut kekhasan Kutang Suroso menurut Fitri:
Umumnya, payudara merupakan salah satu daya tarik seksual bagi pria dan bagian titik sensual bagi perempuan itu sendiri.
"Kutang Suroso bisa mengakomodasi kedua hal itu, menutup payudara sebagai organ tubuh yang perlu dilindungi dan memberi daya tarik sensual," ujar fitri.
Selain itu, menurut pengalaman Fitri, Kutang Suroso dapat menutup payudara secara baik, namun tidak dapat menopangnya secara sungguh-sungguh.
Baca juga: Sejarah dan Isi Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755, Siasat Licik VOC Memecah Mataram
Pemilik Reina Store yang menjual Kutang Suroso, Evy Sofia mengungkapkan, awalnya saat menjual busana sejak 2020 ia menganggap Kutang Suroso tidak ada keistimewaannya.
"Sebagai orang yang pernah tinggal di desa, pemandangan old lady alias simbah-simbah memakai Kutang Suroso dipadukan dengan jarik sungguh lazim terlihat," ungkap perempuan berkerudung ini di akun media sosialnya.
Namun, Evy heran sampai saat ini masih banyak orang yang berminat pada Kutang Suroso. Bahkan para pembelinya adalah perempuan modis yang fashionable.
Lihat postingan ini di Instagram
Menurutnya, perempuan modern yang berminat memakai kutang awal abad ke-20 tersebut karena kearifan lokal yang dipadukan dengan teknik pemasaran.
"Kearifan lokal yang dipadukan dengan kemampuan memasarkan insyaallah akan menghasilkan ledakan dahsyat. Mengubah mindset Kutang Suroso dari kekunoan menjadi kekinian itu tantangan besar," ungkap Evy.
Evy dalam memasarkan dagangannya di media sosial, menyisipkan kata-kata yang menggelitik, "Aku tanpamu bagai payudara tanpa Kutang Suroso. Terombang-ambing."
Nah, itulah sejarah kutang atau bra (BH) di Indonesia yang disebut-sebut mulai ada sejak zaman abad ke-19 di Pulau Jawa atau berawal dari Proyek Jalan Anyer-Panarukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.