Nana menjelaskan bahwa di usia remaja merupakan usia yang masih berkembang dari segi fisik, emosional, sosial dan psikologi.
Sehingga, mereka masih butuh bimbingan dan arahan dari keluarga atau orang terdekat.
Selain itu, sel-sel otak pada usia remaja masih berkembang sehingga fungsi eksekutif atau fungsi perencanaan pada remaja masih belum matang.
Maka dari itu, jika anak remaja menyukai melakukan hal-hal impulsif atu tindakan yang tidak dipikirkan secara matang, bukan mereka tidak mau tapi juga disatu sisi kemampuan untuk mengolah perencanaan itu masih belum baik.
"Makannya butuh diawasi, butuh diberi aturan yang baik seperti apa, sehingga bisa terhindarkan dari kenakan-kenakalan," ucap Nana.
Baca juga: Fenomena Panic Buying di Indonesia, dari Susu Beruang hingga Minyak Goreng
Nana memberi saran agar kejadian tersebut tidak terulang.
Caranya adalah pihak keluarga harus membangun hubungan yang baik denan anak-anak mereka.
Dengan hubungan yang baik, maka komunikasi antara orang tua dan anak akan terjalin dengan baik.
Selain itu, orang tua juga diharapkan untuk mengawasi pemakaian gadget jika anak belum genap berumur 18 tahun, karena di usia tersebut anak masih bagian tanggung jawab orang tua.
Dan juga untuk pihak sekolah, komunitas dan lingkungan sekitarnya juga bisa bekerjasama dengan orang tua anak untuk memberikan edukasi pentingnya pertemanan diusia mereka.
"Karena tentunya untuk anak-anak remaja pertemanan atau friendship itu jadi nilai yang sangat berperan diusia perkembangan mereka," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.