Sebagai akibatnya, kondisi tersebut akhirnya menjadi bom waktu yang ‘meledak’ pada Mei 1998 dengan kerusuhan massa dan memporak-porandakan berbagai sektor penting negara.
Hal yang sama juga terjadi di era reformasi, meskipun kebebasan berpendapat sudah jauh lebih demokratis. Namun hal tersebut ternyata masih menimbulkan masalah sosial akut, misalnya konflik berbasis SARA masih kerap mewarnai pemeberitaan di media massa dan media sosial kita.
Banyak ditemukan konflik sosial di berbagai wilayah yang lagi-lagi akar masalahnya adalah intoleransi sebagai wujud keengganan seseorang atau kelompok mayoritas untuk secara baik-baik mendengarkan suara-suara kelompok minoritas.
Dari beberapa contoh di atas, kita bisa membayangkan betapa buruknya dampak yang mungkin terjadi karena rendahnya kemampuan mendengar yang diperparah dengan sikap otoriter dan resisten terhadap segala bentuk kritik.
Mendengarkan atau menyimak adalah skill yang sangat bisa dilatih. Melatih diri untuk memiliki kualitas ini menurut Gerszberg, penulis positive psychology life coach, akan memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan kita, seperti mencegah konflik di kemudian hari, meningkatkan empati, dan memperkuat berbagai relasi, memotivasi orang lain untuk menjadi pribadi lebih baik, dan masih banyak lagi
Paling sederhana, kita bisa mulai dengan meluangkan waktu untuk mendengarkan lawan bicara secara penuh perhatian, sebisa mungkin kita menahan diri untuk tidak berkomentar apalagi memberikan penilaian kepada lawan bicara karena orang bercerita kepada kita memiliki kecenderungan untuk didengarkan ketimbang dinilai.
Gerszberg menyatakan bahwa seseorang yang sedang bercerita cenderung merasa tidak nyaman apabila terdapat distraksi berupa interupsi selama percakapan berlangsung, sehingga sebaiknya kita menyimak sampai lawan bicara selesai bercerita.
Satu hal lagi yang paling penting dimiliki oleh seorang pendengar yang baik adalah keterbukaan akan hal-hal baru dan mengakui adanya relativitas makna. Hal ini berfungsi untuk mencegah kita menjadi individu yang judgmental dan tidak peduli terhadap kebutuhan serta perasaan orang lain yang menjadi lawan bicara kita.
Bagi seorang pemimpin di lingkungan kerja, ia harus mampu mendengarkan pendapat dari para karyawannya, meskipun bukan berarti bahwa ia harus mengakomodir semua pendapat untuk direalisasikan. Paling tidak ia tahu apa yang sedang terjadi di organisasi yang ia pimpin sehingga jika terdapat masalah ia dapat berpikir secara logis-reflektif untuk memberikan solusi cerdas yang bisa merangkul semua elemen.
Dengan mendengarkan, seorang pemimpin diharapkan mampu bersikap adil karena semua elemen di dalam suatu organisasi memiliki peran penting dalam menggapai kesuksesan sehingga segala bentuk kontribusi mereka harus dihargai.
Kesimpulannya, jika kita mau melatih diri untuk menjadi pendengar yang baik, kita harus punya komitmen dan kesadaran penuh serta kemauan untuk mendengarkan lawan bicara dengan penuh penghargaan dan perhatian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.