Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Fenomena Aphelion Penyebab Cuaca Dingin pada Awal 2022

Kompas.com - 04/01/2022, 10:51 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar narasi yang menyebut cuaca akan terasa dingin di awal tahun hingga Agustus 2022 mendatang, terjadi akibat fenomena aphelion.

Narasi yang beredar di media sosial Facebook itu menyebutkan, fenomena ini terjadi karena Bumi berada sangat jauh dari Matahari.

Berdasarkan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi itu tidak benar alias hoaks.

Plt Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko mengatakan, cuaca dingin disebabkan oleh periode musim hujan, bukan karena Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari.

Narasi yang beredar

Informasi yang menyebut cuaca dingin di awal 2022 akibat fenomena aphelion disebarkan oleh akun ini dan ini.

Pengunggah menyebut bahwa fenomena ini menyebabkan kondisi di Bumi lebih dingin melebihi cuaca dingin sebelumnya, sehingga berdampak pada meriang, flu, batuk, sesak napas, dan sebagainya.

Berikut narasi lengkapnya:

FENOMENA APHELION,
Cuaca terasa dingin mulai hari ini pukul 05.27 wib
Dimana letak Bumi akan sangat jauh dari Matahari.
Kita tidak bisa melihat fenomena tsb, tp kita bisa merasakan dampaknya.
Ini akan berlangsung sampai bulan Agustus.
Kita akan mengalami cuaca yg dingin melebihi cuaca dingin sebelumnya,
yang akan berdampak meriang flu, batuk sesak nafas dll.
Oleh karena itu mari kita semua tingkatkan imun dengan banyak2 meminum Vitamin atau Suplemen agar imun kita kuat.
Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan_NYA.
Jarak Bumi ke Matahari perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km. Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 km . 66 % lebih jauh.
Jadi hawa lebih dingin, dampaknya ke badan kurang enak karena ga' terbiasa dengan suhu ini,.
Untuk itu jaga kondisi kesehatan kita agar tetap sehat dengan keadaan cuaca yang sedemikian rupa...

Konfirmasi Kompas.com

Plt Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko mengatakan, tidak benar cuaca dingin yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh fenomena aphelion.

"Cuaca dingin dalam beberapa hari terakhir bukan karena aphelion tetapi karena faktor-faktor lain di luar sebab bumi berada di jarak terjauh dari Matahari," ujar Urip kepada Kompas.com, Selasa (4/1/2022).

Memang benar bahwa fenomena aphelion terjadi ketika titik Bumi berada paling jauh dengan Matahari. Hal ini karena bentuk orbit tidak berbentuk bulat sempurna, melainkan elips.

Bumi tetap pada orbitnya, hanya saja ada di titik terjauh dari Matahari yakni 152,6 juta kilometer.

Pihaknya menjelaskan, fenomena aphelion merupakan fenomena astronomis setahun sekali yang terjadi sekitar bulan Juli.

Adapun cuaca dingin di beberapa wilayah Indonesia tidak terkait dengan fenomena aphelion, karena fenomena ini tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di bumi. Termasuk ketika periode letak Bumi lebih dekat dengan Matahari yang disebut fenomena perihelion yang terjai sekitar Januari.

Urip mengatakan, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim penghujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022. Penurunan suhu di masa pergantian tahun banyak disebabkan faktor itu.

Kesimpulan

Informasi yang menyebut cuaca dingin di awal 2022 akibat fenomena apheloin adalah hoaks.

Cuaca dingin di awal tahun disebabkan oleh periode musim hujan, bukan karena Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF U-16 2024

Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF U-16 2024

Tren
Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Tren
Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Tren
Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Tren
Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Tren
Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Tren
Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Tren
Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Tren
PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

Tren
4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

Tren
Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Tren
Istilah 'Khodam' Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Istilah "Khodam" Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Tren
5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

Tren
28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com