KOMPAS.com – Gempa bumi disusul tsunami yang menimpa Aceh terjadi pada 26 Desember 2004 pada pukul 07:58:53 WIB.
Gempa dangkal berkekuatan magnitudo 9,3 yang terjadi di dasar Samudera Hindia itu disebut sejumlah ahli sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah.
Hari ini adalah tepat 17 tahun peringatan Tsunami Aceh terjadi. Berikut ini sejumlah fakta terkait bencana alam tersebut.
#HariIniDalamSejarah: 26 Desember 2004 - Gempa bumi berkekuatan 9,1-9,3 Mw mengguncang negara di sekitar Samudra Hindia dan menimbulkan tsunami setinggi 30 meter.
Akibatnya lebih dari 280 ribu jiwa meninggal dunia (sekitar 220 ribu jiwa berada di Indonesia). pic.twitter.com/Zva4r4XPBU
— Wikipedia bahasa Indonesia (@idwiki) December 26, 2021
Gelombang tsunami yang terjadi di pesisir Aceh saat itu diperkirakan mencapai ketinggian 30 meter dengan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau sekitar 360 kilometer per jamnya.
Tak hanya di Aceh, Indonesia, total ada sebanyak 15 negara terdampak oleh bencana tsunami di akhir 2004 itu.
Kelima belas negara itu adalah Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, Myanmar, Maladewa, Malaysia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, Afrika Selatan, Yaman, Kenya, dan Madagaskar.
Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.
PBB pada 4 Januari 2005, mengeluarkan taksiran awal bahwa jumlah korban tewas akibat Tsunami Aceh sangat mungkin melebihi angka 200.000 jiwa.
Berdasarkan Kompas.com (26/12/2020), jumlah korban dari peristiwa alam tsunami Aceh tersebut disebut mencapai 230.000 jiwa.
Jumlah itu bukan hanya datang dari Indonesia sebagai negara terdampak paling parah, namun juga dari negara-negara lain yang turut mengalami bencana ini.
Selain itu, tak kurang dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat peristiwa itu.
Akibat peristiwa itu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan tiga hari sebagai masa berkabung.
Dahsyatnya gempa ini disebut-sebut menyebabkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci).
Seismometer broadband global merekam tanah di Sri Lanka, seribu mil dari pusat gempa, bergerak naik dan turun lebih dari 9 sentimeter, menurut laporan itu.
"Secara global, gempa ini cukup besar untuk menggetarkan seluruh planet hingga setengah inci, atau satu sentimeter. Di mana pun kami memiliki instrumen, kami dapat melihat gerakan," kata Charles Ammon, profesor geosains di Penn State University dikutip dari CNN.