Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Semua Bisa asal Boleh Diperdebatkan

Kompas.com - 06/12/2021, 13:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBELUM nyantrik ke Prof Reinhard Hoehn di padepokan Akademie Fuer Fuhrungskraefte der Wirtschaft, Bad Harzburg, Jerman, akibat sudah terbiasa menghadapi apa yang disebut sebagai dogma, semula saya menduga ada kebenaran yang mutlak benar sehingga tidak perlu, tidak boleh diperdebatkan kebenarannya.

Dugaan saya digugurkan Prof Hoehn dengan membagi para cantrik yang berdatangan dari berbagai pelosok dunia menjadi dua regu untuk berdebat, misalnya, tentang kursi.

Manfaat dan mudarat

Di dalam perdebatan, regu yang satu harus membenarkan manfaat kursi sementara regu yang satu lagi harus membenarkan mudarat kursi.

Baca juga: Cegah Ekstremisme, Pengamat Ingatkan soal Bahaya Keyakinan pada Kebenaran Tunggal

 

Kebetulan saya tergabung ke regu yang harus membela manfaat kursi. Lalu Prof Hoehn memberi aba-aba bagi kedua regu untuk mulai sengit berdebat tentang manfaat dan mudarat kursi.

Regu yang membela manfaat kursi segera mengungkapkan manfaaf kursi sebagai perabotan rumah tangga yang sangat penting bagi umat manusia, dengan kursi manusia bisa duduk untuk beristirahat maupun bekerja. Tanpa kursi, manusia lebih cepat lelah pada saat menulis atau main piano. Kursi bisa berfungsi sebagai singgasana bagi para raja dan ratu, jumlah kursi di dewan perwakilan rakyat dapat menjadi ukuran parpol.

Pendek kata, kursi merupakan mahakarya peradaban umat manusia yang memiliki manfaat positif dan konstruktif.

Regu yang ditugaskan untuk membenarkan mudarat kursi segera mengungkap mudarat sebagai perabotan rumah tangga yang tidak dikenal masyarakat padang pasir. Manusia bisa hidup tanpa kursi , terlalu lama duduk di kursi bisa bikin wazir mau pun kerusakan pada tulang punggung.

Kursi di parlemen membuat parpol yang tak segan memperjual-belikannya, duduk di kursi singgasana kepresidenan rawan membuat sang presiden menderita amnesia maka lupa ada segenap janji manis di masa kampanye.

Bagi yang kakinya pernah kesandung kaki kursi dapat merasakan betapa mudarat benda yang namanya kursi itu.

Berbalik arah

Setelah lima belas menit berlalu di tengah suasana kemelut perdebatan sengit tentang kursi oleh dua regu cantrik, mendadak Prof Hoehn memberi aba-aba baru agar regu yang membela harus menyerang kursi sementara regu yang menyerang harus membela kursi.

Saya masih ingat bagaimana kedua regu cantrik Prof Hoehn tertegun, terdiam akibat otak masing-masing anggota regu termasuk saya terasa diputar balik ke arah bertolak belakang 180 derajat dari arah semula.

Setelah sekitar limabelas detik terdiam demi menyesuaikan diri dengan perubahan arah maka kedua regu mulai sengit berdebat demi saling menyerang dan membela kursi.

Yang semula harus pro mendadak harus kontra kursi dan yang semula wajib kontra mendadak wajib pro kursi sesuai titah, instruksi Prof Reinhard Hoehn.

Sejak saat itu saya tersadar tentang kenisbian apa yang disebut sebagai kebenaran. Benar-tidaknya sesuatu kebenaran pada hakikatnya nisbi terkait dari sisi mana dan dengan lensa apa sang kebenaran diterawang oleh siapa.

Terbukti oleh kenyataan bahwa di antara bumi dan langit memang semua hal bisa diperdebatkan, kecuali dilarang oleh dogma yang dibuat oleh penguasa yang berkuasa maka boleh dan bisa mendikte pendapat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com