"Dia melihat keterampilan yang baik rupanya di chullo saya. Saya dulu membuat topi yang sangat bagus; saya adalah perajut yang baik," katanya.
"Para gadis-gadis mencari chullo terbaik. Jadi jika Anda memakai topi yang bagus, Anda punya lebih banyak (peluang) untuk mendapatkan pacar lebih awal dan lebih cepat," tambah Juan.
Menurutnya, pengujian chullo terbaik sering menjadi tontonan publik, terutama ketika sang ayah mertua menguji kualitas rajutan calon pengantin pria.
"(Ketika) mertua (menuangkan) air di chullo, maka calon pengantin pria harus bisa menunjukkan air di dalam chullo itu kepada semua orang yang berkumpul di sana. Semua keluarga yang berkumpul harus bisa melihat air itu di dalam topi," katanya.
Taquile tak lupa tradisi di era modern
Budaya Taquile cukup progresif, di mana Alejandro dan istrinya dianggap sebagai otoritas di pulau itu, dan mereka berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
"Kami berdua bertanggung jawab, kami selalu bekerja sama, kami mengambil keputusan bersama," kata Teodosia.
"Seorang pria lajang tidak bisa menjadi seorang pemimpin sendirian. Dia selalu membutuhkan istrinya. Pada zaman dahulu juga seperti itu."
Namun, meski terpencil, pulau itu tidak terhindar dari Covid-19. Taquile benar-benar tertutup bagi pengunjung selama 12 bulan.
Baca juga: Momen Unik Olimpiade Tokyo: Peloncat Indah Inggris Pantau Lomba Sambil Merajut!
Itu merampas sumber pendapatan utama penduduk setempat dan memaksa mereka mengandalkan warisan keterampilan bertani mereka untuk bertahan hidup.
Ironisnya, efek pandemi tercermin pada chullo yang diciptakan oleh generasi muda pulau itu.
Juan menjelaskan bahwa seorang anak laki-laki baru-baru ini merajut gambar lingkaran dengan paku-paku besar virus corona.
Bagi Alejandro, Juan, dan para perajut lainnya di Taquile, perubahan baru-baru ini yang mereka saksikan membuat pelestarian budaya dan tradisi mereka menjadi lebih penting, terutama karena dialek asli bahasa Quechua mereka tidak tertulis.
Kedua pria itu telah mewariskan keterampilan merajut mereka kepada putra-putra mereka.
"Kita punya banyak pengetahuan dari nenek moyang kita, dan saya perlu membantu (generasi muda) memahami bahwa itu harus selalu ada dalam pikiran kita, dalam kesadaran kita, karena itulah pengetahuan dan kebijaksanaan yang tidak boleh hilang atau dilupakan - tidak pernah," kata Juan.
"Jika zaman modern datang, kita harus menerimanya, tetapi tanpa melupakan latar belakang kita."
Lagi pula, Alejandro menambahkan, "Seperti yang dikatakan kakek saya, 'Seorang pria yang tidak bisa merajut bukanlah seorang pria',” ujarnya.
(Sumber: Kompas.com Editor Bernadette Aderi Puspaningrum)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.