Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menghormati Pengunduran Diri Yenny Wahid

Kompas.com - 30/08/2021, 09:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ZANNUBA Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid resmi mengundurkan diri sebagai Komisaris Independen PT Garuda Indonesia Tbk.

Mbak Yenny menyatakan bahwa tanpa dirinya jajaran komisaris dan direksi lainnya akan mampu melanjutkan upaya menyelamatkan Garuda.

Saat ini, Garuda tengah menghadapi beban berat karena menanggung beban likuiditas. BUMN kebanggaan Indonesia dilaporkan memiliki utang Rp 70 triliun.

Mbak Yenny menegaskan bahwa pendapatan perusahaan menurun drastis, sementara biaya-biaya operasional masih tinggi.

Meski tak lagi berada di jajaran Dewan Komisaris Garuda, ia menyebut akan selalu siap membantu maskapai milik negara dan rakyat tersebut.

Penghormatan

Saya menghormati apa yang dilakukan oleh Mbak Yenny bukan karena beliau putri Gus Dur namun karena apa yang beliau lakukan memang layak untuk dihormati.

Apa yang dilakukan Mbak Yenny mengingatkan saya pada apa yang dilakukan ayahanda Mbak Yenny. Setelah dua tahun dilantik menjadi presiden Indonesia oleh MPR mendadak Gus Dur dilengserkan oleh MPR.

Pada saat itu kebetulan saya berada di samping Gus Dur. Maka dengan mata di kepala sendiri saya menyaksikan betapa sebenarnya Gus Dur bisa melawan keputusan MPR dengan dukungan rakyat mau pun ABRI pendukung die hard Gus Dur.

Namun Gus Dur lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan negara, bangsa, dan rakyat Indonesia ketimbang tahta kekuasaan dirinya sendiri.

Gus Dur memilih bersikap legowo mematuhi keputusan MPR yang pada masa itu memang masih merupakan lembaga tertinggi Republik Indonesia.

Jabatan yang kini dijabat Mbak Yenny tidak setinggi ayahnya namun pada prinsipnya yang dilakukan Mbak Yenny sama dengan yang dilakukan ayahnya.

Maka selama menghormati masih belum dilarang omnibus law, saya menghormati pengunduran diri Yenny Wahid.

Pengorbanan

Mbak Yenny sukarela mengorbankan sebuah jabatan yang terhormat dan terpandang. Menyadari bahwa jabatan yang dipangku menambah beban keuangan negara yang sedang krisis keuangan di masa pagebluk Corona, maka Mbak Yenny ikhlas mengundurkan diri dari jabatan komisaris di Garuda Indonesia.

Layak diharapkan bahwa pengorbanan Yenny Wahid bagi nusa dan bangsa akan menjadi suri teladan bagi mereka yang masih memiliki nurani kerakyatan di Tanah Air Udara tercinta kita bersama ini.

Semoga para penguasa senantiasa sadar bahwa mereka bisa duduk di tahta kekuasaan hanya akibat dipilih oleh rakyat. Tanpa rakyat mustahil para penguasa bisa berkuasa. Bahkan tanpa rakyat mustahil ada penguasa sebab mustahil ada negara.

Insya Allah, pengunduran diri Yenny Wahid dapat menyentuh sanubari setiap warga Indonesia termasuk saya untuk berkenan mawas diri demi menilai diri masing-masing mengenai apakah masih berguna atau malah menjadi beban bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia.

Terima Kasih, Mbak Yenny!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com