Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

BTS-Pop Culture: Hiburan, Politik, dan Situs Pertarungan Dominasi

Kompas.com - 18/07/2021, 15:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari ragam budaya populer seperti musik, film, sinetron, iklan, fashion, media sosial, dan lain-lain. Banyak dari kita bahkan yang memiliki ketertarikan bahkan ketergantungan akan produk-produk budaya populer.

Salah satu contohnya adalah candu akan hiburan K-Pop Culture, salah satunya adalah BTS (Bangtan Boys), grup musik idola asal Korea Selatan besutan Big Hit Entertainment.

Popularitas BTS di dunia sudah tidak diragukan lagi. Dalam hitungan menit saja lagu-lagu mereka berhasil ditonton jutaan orang. Channel YouTube resmi HYBE Labels mereka telah memiliki 59.5 juta subscribers.

Akhir Mei 2021 BTS melakukan kolaborasi dengan McDonald (produk makanan cepat saji asal Amerika). Keduanya mengeluarkan produk BTS Meal yang mendapatkan respon luar biasa dari seluruh Army Indonesia (sebutan untuk penggemar BTS).

Paket BTS Meal ramai diserbu oleh para Army di Indonesia. Banyak driver ojek online yang mengantre melalui layanan drive-thru (tanpa turun) di gerai-gerai McDonald selama berjam-jam hanya untuk mendapatkan BTS meal yang dipesan oleh para Army.

Tidak hanya itu, para Army bahkan rela merogoh kocek mahal mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan dan mengoleksi benda-benda yang terkait dengan idola mereka yang dijual secara online oleh reseller.

Sebagian dari kita yang bukan penggemar boyband asal Korea Selatan ini mungkin akan merasa heran mengapa para Army Indonesia begitu antusias untuk membeli produk-produk bungkus makanan cepat saji yang bertemakan BTS.

Bagaimana produk budaya populer ini bisa menghipnotis massa untuk menggilai atau menjadi fetish terhadap produk-produk tertentu? Apakah konsumen hanya diproyeksikan sebagai objek produksi saja?

Baca juga: BTS Meal dan Imajinasi Fiktif Homo Sapiens

Industri hiburan Korea Selatan

Masuknya industri hiburan Korea Selatan di Indonesia memang sudah teridentifikasi sejak 90-an, kemudian semakin berkembang pada 2000an hingga memunculkan fenomena demam K-Pop dalam 10 tahun terakhir.

Sejak periode Hallyu (Gelombang Korea) pada 1990-an, produk budaya populer (film, drama serial, dan K-Pop Music) telah menyebar di berbagai negara Asia seperti China, Hongkong, Malaysia, hingga Indonesia.

Sejak muncul kekuatan baru ini, industri hiburan Korea Selatan terus melakukan inovasi dan menciptakan pola-pola produksinya untuk meraih popularitas dan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Pop culture dalam definisi

Raymond Williams memaknai budaya popular sebagai objek atau praktik yang diminati oleh banyak orang atau kerap dianggap remeh-temeh. William juga menambahkan bahwa pop culture diproduksi untuk mengakomodasi selera masyarakat umum atau dalam konteks kapitalisme ia diproduksi secara komersial untuk dikonsumsi.

Pop culture bisa dipahami dengan membandingkannya dengan high/elite culture, budaya tradisional-lokal, dan budaya nasional (Ariel Heryanto). Artinya pop culture diasumsikan sebagai budaya residual, recehan, tidak bernilai seni tinggi, dan kerap dianggap sebagai budaya yang tidak perlu mendapatkan perhatian serius.

Namun, dalam pandangan kritis pop culture bukan hanya sekedar hiburan saja, akan tetapi, bermuatan ideologis bahkan politis. Contohnya di era Orde Baru. Film dan media massa digunakan sebagai propaganda politik oleh penguasa untuk melegitimasi kekuasaaan dan bahkan berperan penting dalam mengkonstruksi persepsi masyarakat.

Ketika menonton sinteron sehari-hari, kita melihat bagaimana seharusnya hidup berkeluarga yang "benar", menjadi suami atau istri yang "baik", bahkan gambaran umum tentang sosok ibu tiri yang kerap dihadirkan sebagai individu yang jahat dan kejam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Tren
Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

Tren
Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Tren
Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com