Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Fakta Actemra, Obat untuk Pasien Covid-19 Rekomendasi WHO

Kompas.com - 11/07/2021, 19:33 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Actemra adalah merk obat yang berisi Tocilizumab. Actemra direkomendasikan World Health Organization (WHO) untuk pasien Covid-19.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Rabu (7/7/2021), berikut ini 3 fakta Actemra, obat yang direkomendasikan WHO untuk pasien Covid-19.

1. Obat antibodi monoklonal

Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt. mengatakan bahwa Actemra adalah obat antibodi monoklonal dan merupakan anti interleukin 6.

Obat ini digunakan untuk mengobati penyakit autoimun yang menyerang persendian, karena Actemra mampu mengurangi radang yang dialami pasien rheumatoid arthritis.

Actemra bisa menekan jumlah interleukin 6 (IL-6) yang cukup tinggi pada kasus rheumatoid arthritis. Jika tidak segera diobati, interleukin 6 (IL-6) bisa memicu peradangan di seluruh tubuh.

Baca juga: Mengenal Actemra, Obat Rekomendasi WHO untuk Pasien Covid-19

2. Dapat membantu pengobatan pasien Covid-19

Peningkatan interleukin 6 (IL-6) serupa rheumatoid arthritis ditemukan juga pada pasien positif Covid-19. Kondisi tersebut terdeteksi pada pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis.

Peningkatan interleukin 6 dapat memicu badai sitokin, yaitu respons imun tubuh yang berlebihan akibat infeksi. Ada banyak penyebab badai sitokin, namun salah satunya adalah peningkatan IL-6.

Gejala yang paling sering muncul akibat badai sitokin adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS). Akan tetapi, badai sitokin juga bisa menyebabkan hiperinflamasi di seluruh tubuh dan menyebabkan kerusakan organ tubuh.

Beberapa penelitian membuktikan, penggunaan Actemra bisa mengatasi badai sitokin pada pasien Covid-19 dengan menurunkan beberapa penanda inflamasi, seperti CRP, ferritin, dan interleukin 6.

Walaupun begitu, obat ini hanya tersedia di rumah sakit dan harus berdasarkan resep dokter untuk pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis.

Baca juga: Daftar Obat Covid-19 Gejala Ringan dan 11 Layanan Dokter Online

3. Harganya mahal

Actemra dapat dibeli dengan harga yang cukup mahal. Menurut Prof Zullies, ada beberapa faktor yang membuat obat ini dibanderol dengan harga tinggi.

Prof Zullies mengatakan, teknologi untuk membuat dan mengembangkan Actemra tidak sama seperti produksi obat pada umumnya. Selain itu, pembuatannya pun sangat sulit sehingga sebagian besar harus diimpor dari negara lain.

Obat yang berupa protein biologi ini harus disimpan pada tempat dengan suhu tertentu.

Oleh sebab itu, obat ini tidak perlu diberikan kepada pasien Covid-19 tanpa gejala atau bergejala ringan. Selain itu, pasien dengan klasifikasi tersebut tidak mengalami kondisi badai sitokin.

Sumber: KOMPAS.com (Nadia Faradiba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi 'Fraud'

Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi "Fraud"

Tren
5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

Tren
Bingungnya Keluarga Vina, Dulu Minim Saksi, Kini Banyak Bermunculan

Bingungnya Keluarga Vina, Dulu Minim Saksi, Kini Banyak Bermunculan

Tren
Profil Gudfan Arif, Bendahara Umum PBNU yang Bakal Pimpin Perusahaan Tambang NU

Profil Gudfan Arif, Bendahara Umum PBNU yang Bakal Pimpin Perusahaan Tambang NU

Tren
Media Asing Soroti Jejak Wanita Penjaga Hutan di Aceh, Pakai Keramahan untuk Cegah Deforestasi

Media Asing Soroti Jejak Wanita Penjaga Hutan di Aceh, Pakai Keramahan untuk Cegah Deforestasi

Tren
Sidang Isbat Idul Adha 2024: Link, Susunan Acara, dan Lokasi Pemantauan Hilal

Sidang Isbat Idul Adha 2024: Link, Susunan Acara, dan Lokasi Pemantauan Hilal

Tren
Arab Saudi Umumkan Idul Adha 16 Juni 2024, Indonesia Kapan?

Arab Saudi Umumkan Idul Adha 16 Juni 2024, Indonesia Kapan?

Tren
Cara Daftar Program Rehab BPJS Kesehatan, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Program Rehab BPJS Kesehatan, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Media Asing Soroti Kekalahan Beruntun Indonesia atas Irak

Media Asing Soroti Kekalahan Beruntun Indonesia atas Irak

Tren
LINK Live Streaming Sidang Isbat Idul Adha 2024

LINK Live Streaming Sidang Isbat Idul Adha 2024

Tren
Jadi Ormas Pertama, Ini Alasan PBNU Ajukan Izin Kelola Tambang ke Pemerintah

Jadi Ormas Pertama, Ini Alasan PBNU Ajukan Izin Kelola Tambang ke Pemerintah

Tren
'Cybertyping': Munculnya Julukan 'The Nuruls' hingga 'Jamet Kuproy' di Medsos

"Cybertyping": Munculnya Julukan "The Nuruls" hingga "Jamet Kuproy" di Medsos

Tren
Kalah dari Irak, Ini 3 Skenario Indonesia Lolos ke Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026

Kalah dari Irak, Ini 3 Skenario Indonesia Lolos ke Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Terlihat Biru di Siang Hari, Mengapa Langit Menjadi Merah atau Oranye Saat Senja?

Terlihat Biru di Siang Hari, Mengapa Langit Menjadi Merah atau Oranye Saat Senja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com