Ia menuturkan, tindakan kolektif bersama-sama dalam waktu yang pendek itu dianggap akan memengaruhi kelangkaan barang.
Selain itu, dia mengatakan, perilaku panic buying terjadi karena berkembangnya informasi negatif di pasar.
"Artinya ada informai yang mendorong terjadinya rush. Informasi negatif itu maksudnya bukan menjelek-jelekan, itu informasi yang tersebar tapi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi," jelas dia.
"Misalnya susu ini punya nilai yang penting untuk kesehatan dan akan jadi langka karena diserbu orang. Padahal sebenarnya stok di pabrik bisa jadi tidak ada masalah," sambungnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Karena perbedaan antara kelangkaan pasar, pentingnya barang, dan realitas, warga pun terdorong untuk melakukan tindakan panic buying terhadap barang-barang itu.
Kondisi inilah yang dimaksud Drajat sebagai informasi negatif, yaitu memberikan sentimen negatif terhadap naik turunnya kebutuhan di masyakarat.
Baca juga: Susu Beruang Jadi Rebutan, Ini Kata Nestle