Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pesona Pancanada Sunda

Kompas.com - 29/06/2021, 09:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA dibesarkan di lingkungan kebudayaan Jawa Tengah kemudian belajar musik Jawa Tengah dari Sang Mahamaestro dalang dan kendang, Ki Nartosabdho, maka kalbu musik pribadi saya senantiasa dirundung pancanada slendro dan pelog.

Beberapa komposisi saya seperti Kasurupan, Epitaph, Tembang Alit, Uri-Uri dan Uro-Uro konsisten dan konsekuen bertumpu pada pancanada 1-3-4-5-7.

Namun Fantasia Arum Dalu dan Fragment menggunakan pancanada 1-3-4-6-7 yang berasal dari Jawa Barat atau lebih dikenal dengan sebutan Sunda.

Jelas dalam hal musik Sunda saya terpengaruh oleh lagu Es Lilin dan Bubuy Bulan yang bagi saya merupakan dua karya musik terindah yang pernah saya dengar.

Perpaduan suara seruling, kecapi dan kendang Sunda merupakan trio setara dengan pianoforte, biolin dan violoncello.

Bahkan trio seruling, kecapi, kendang Sunda lebih kompleks sebab hanya kecapi yang alat musik menggunakan dawai.

Ketika menelusuri lekuk liku musik Jepang saya sempat tertegun akibat kemiripan suasana pentatonik Jepang dengan pancanada Sunda.

Kemiripan yang selalu saya ungkap pada saat memberikan kata pengantar penjelasan tentang musik Sunda di forum mancanegara termasuk di Sydney Opera House, Esplanade Singapura, Carnegie Hall et cetera.

Ketika mengajar di Jerman saya memanfaatkan kewibawaan sebagai dosen untuk mempengaruhi para mahasiswa saya bahwa musik Jepang terpengaruh musik Sunda.

Kecuali di Jepang, saya memang selalu jahil mengklaim bahwa pentatonik Jepang meniru pancanada Sunda dengan dalih latar belakang fakta kulutural bahwa umat Buddhisme dari Jepang mengunjungi lalu mengagumi candi Borobodur sebagai monumen Buddhisme terbesar yang dibangun oleh orang Sunda.

Terlepas dari latarbelakang kebudayaan, bagi saya pancanada Sunda an sich memang memiliki pesona estetikal khas tersendiri.

Apabila minor merupakan pasangan mayor atau moll pasangan dur maka pancanada Sunda merupakan pasangan pancanada Jawa Tengah (istilah Jawa memang saya hindari sebab Sunda berada di dalam pulau Jawa) khususnya slendro 1-3-4-5-7.

Sementara pelog mirip pentatonik universal termasuk China 1-2-3-5-6 maka slendro 1-3-4-5-7 relatif berdaulat mandiri khas Jawa dan Bali dengan akar serabut budaya menjalar sampai ke India dan Tibet.

Secara aritmatikal saya kerap bermain dengan slendro di mana saya memindah nada 5 menjadi 6 langsung timbul suasana minor alias mol pada slendro yang semula terkesan mayor alias dur.

Sementara pancanada Sunda 1-3-4-6-7 saya geser nada 7 menurun satu sekun menjadi minus 7 maka suasana minor mendadak menjadi mayor sebagai pancanada slendro kembali.

Mutasi suasana tersebut sama menarik seperti ketika saya melenyapkan nada ke dua dan ke enam dari saptanada Arab maka langsung berubah sukma menjadi pancanada Slendro.

Terlepas dari analisis eksperimental aritmatikal homo-ludensial terhadap pancanada Sunda, seni musik Sunda merupakan suatu perpaduan nada, irama dan warna suara nan tiada dua menggetar sukma di lubuk sanubari saya pribadi yang sedang berusaha mempelajari keadiluhuran peradaban dan kebudayaan Sunda yang memang tiada dua di marcapada ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com