Pandemi covid 19 ini menyadarkan manusia bahwa dirinya bukan penguasa atau pusat dunia. Virus ini mengingatkan, jika manusia ingin hidup dan berbahagia maka ia perlu mengupayakan kebahagiaan mahluk hidup lainnya juga.
Hidup dalam karunia yang ditujukan kepada semua mahluk hidup, sangat relevan di tengah pandemi covid 19 ini.
Waisak juga menunjuk pada peringatan akan parinibbana (wafat dan bebasnya Buddha dari lingkaran samsara) Sidharta Gautama.
Hal kematian, menurut keyakinan Buddha adalah sesuatu yang niscaya. Anehnya, walau sudah pasti, banyak orang tidak siap mati.
Menurut Buddha, orang tidak siap meninggalkan dunia karena ketika hidup, ia berbuat jahat dan melekat dengan apa yang fana.
Jika seseorang ingin siap saat harus meninggalkan dunia, demikian menurut Buddha, ia perlu hidup dalam cinta kasih dan bebas dari kemelekatan terhadap apa yang fana.
Hidup dalam cinta kasih dan bebas dari kemelekatan, relevan untuk umat beragama di Indonesia. Banyak yang mengaku beragama tetapi hidup dengan dikendalikan hawa nafsu.
Sebagian dari mereka malah menjadikan agama sebagai alat untuk membeda-bedakan, membenci dan memecah belah sesama anak bangsa.
Orang-orang seperti ini bukan hanya masuk pada golongan orang yang takut terhadap kematian tetapi juga orang yang tidak berani menghargai kehidupan dirinya dan sesama.
Di tengah kebencian dan konsumerisme akibat kemelekatan, pesan untuk hidup dalam cinta kasih dari Buddha sangat relevan. Apalagi di tengah pandemi covid 19 ini banyak orang yang mengalami kesulitan. Mereka butuh bantuan agar bisa bertahan.
Selamat hari raya Waisak untuk umat Buddha. Semoga semua mahluk hidup berbahagia.