Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Menilik Kembali Perjuangan dan Gagasan Kartini

Kompas.com - 21/04/2021, 08:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemikiran serta gagasan Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya kepada sahabatnya ini kemudian didokumentasikan ke dalam sebuah buku oleh Jacques Henrij Abdenaon (suami dari Rosa Abendanon), Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.

Buku itu berjudul Door Duisternis tot Licht (Dari Kegelapan Menuju Cahaya) dan diterbitkan kembali menjadi buku kumpulan surat Kartini pada tahun 1922 oleh Penerbit Balai Pustaka dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Sayangnya, perjuangan Kartini terbilang singkat, ia meninggal di usia muda, yaitu 25 tahun pada 17 September 1904. Meskipun begitu, pemikiran Kartini meninggalkan pengaruh yang luar biasa hingga saat ini karena ia berjuang di level intelektual dan ideologis.

Sejak bukunya diterbitkan, kemudian didirikanlah Yayasan Kartini pada tahun 1916 yang aktif mengkaji dan melanjutkan pemikiran Kartini serta mendirikan sekolah untuk pemberdayaan perempuan di Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Malang hingga Cirebon.

Gagasan yang monumental dan kritik yang fundamental

Meskipun harus berjuang di dalam cengkraman budaya feodalistik Jawa dan Kolonial, melalui gagasan dan pemikirannya Kartini mampu membuktikan bahwa kondisi sesulit apapun bukan rintangan baginya untuk maju secara intelektual dan merdeka dari penjajahan.

Sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer melihat sosok Kartini sebagai pemikir sosial karena gagasan-gagasannya yang analitik dan komprehensif serta kritikan-kritikannya yang bersifat fundamental-radikal.

Sebagai pejuang perempuan bumiputera yang hidup di era Kolonial, Kartini sudah mampu merumuskan dan memperjuangkan kemajuan untuk membebaskan rakyatnya dari kolonialisme. Ia bahkan tanpa ragu mengkritik tradisi bangsanya sendiri yang dinilai menjajah rakyatnya sendiri, terutama perempuan.

Kartini juga merupakan perempuan bumiputera pertama yang berpikir tentang fungsi sastra untuk menaikkan derajat dan peradaban bangsa, dan itu ia buktikan melalui tulisan-tulisannya karena ia sadar bahwa pemikiran bersifat monumental dan tidak akan pernah mati.

Dari Kartini kita belajar bahwa perjuangan sejati harus bertumpu pada kepentingan bangsa dan rakyat. Baginya segala bentuk perjuangan harus mengandung manfaat dan didasarkan kepada realitas demi untuk kepentingan bersama.

Sebagai bangsa yang pluralistik, kita juga belajar tentang pentingnya kemanusiaan di atas segala bentuk perbedaan, serta belajar terbuka dengan segala bentuk pemikiran dan pengetahuan untuk memajukan bangsa serta melawan hegemoni yang bersifat menjajah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com