Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartini dan Sekolah Kartini, Impian Wanita Pribumi dan Utang Rasa Pemerintah Belanda

Kompas.com - 21/04/2021, 08:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

Penyesalan dan balas budi 

Kepergian Kartini menimbulkan banyak gejolak di hati Rosa dan teman-teman wanita Kartini yang lainnya.

Terutama Rosa, yang akhirnya menelan penyesalan lantaran pernah menghalang-halangi rencana Kartini menempuh pendidikan ke Belanda karena ia tak mau aroma Jawa yang ada pada diri Kartini luntur.

Untuk menebus penyesalan, Rosa mengumpulkan mimpi dan gagasan-gagasan Kartini yang tercetak dalam lembaran-lembaran surat menjadi sebuah buku berjudul Door Duisternist Tot Licht, buku yang akhirnya kita kenal dengan tajuk Habis Gelap Terbitlah Terang.

Tak disangka, buku ini memantik banyak gagasan di Negeri Kincir Angin. Hingga Ratu Belanda sendiri yang kemudian menunjuk Abendanon untuk membentuk pendidikan perempuan pribumi di Hindia Belanda.

Hal ini tertuang dalam makalah milik Retnaningtyas Dwi Hapsari yang berjudul Sekolah Kartini dan Van Deventer: Pelopor Sekolah Perempuan di Semarang Pada Masa Kolonial.

Baca juga: 6 Hal tentang Habis Gelap Terbitlah Terang, Kumpulan Surat Kartini yang Dijadikan Buku

Terwujudnya gagasan Kartini

Tepat pada tanggal 1 Februari 1912, terbentuklah Yayasan Kartini, yang akhirnya diresmikan pada 22 Februari di tahun yang sama.

Deventer, yang adalah pembaca setia buku kumpulan surat-surat Kartini, terpilih menjadi ketua yayasan.

Tak menunggu waktu lama, ia dan istrinya segera menepi ke Hindia Belanda dan mendirikan Sekolah Kartini yang pertama yaitu di Semarang, tepat pada tahun 1913.

Kemudian, disusul pendirian Sekolah Kartini di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, juga wilayah-wilayah lainnya.

Sekolah wanita yang berada di bawah payung Yayasan Kartini ini mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu.

Dari yang awalnya dibuka hanya untuk kalangan priyayi dengan guru-guru dari kalangan asing menjadi sekolah yang terbuka lebar untuk siapa saja, termasuk rakyat biasa.

Warisan Kartini ini masih ada hingga kini. Lestari, sama seperti ide dan gagasan-gagasannya. 

Agaknya, jika ingin berbicara soal gagasan dan impian wanita, Kartini sudah merumuskannya dalam satu kalimat sederhana, "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi."  

Selamat Hari Kartini untuk semua wanita Nusantara....

Baca juga: Persahabatan RA Kartini dengan Perempuan Belanda Buka Pintu Ruang Emansipasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com