Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kemelut Pro-Kontra Vaksin Nusantara

Kompas.com - 19/04/2021, 09:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

VAKSIN Nusantara memicu kehebohan polemik yang bahkan dari ranah kesehatan merambah masuk ke ranah politik sehingga muncul kubu pro melawan kubu kontra Vaksin Nusantara.

Baca juga: Menkes Minta Perdebatan soal Vaksin Nusantara Berjalan secara Ilmiah, Tidak Politis

Pro-kontra

Saya masih bisa menulis naskah ini karena masih hidup berkat Anugrah Perkenan dan Kehendak Yang Maha Kuasa menggunakan Dr Terawan Adiputro bersama tim dokter RSAD Gatot Subroto melakukan tindakan “cuci otak” terhadap diri saya.

Tindakan “cuci otak” gagasan Dr Terawan bukan hanya dianggap kontroversial namun dihujat sebagai sama sekali tidak ilmiah oleh berbagai pihak.

Memang tampaknya sudah menjadi suratan takdir Dr Terawan untuk senantiasa berkarya kontroversional mengobarkan kemelut pro kontra.

Setelah menghebohkan jagad raya kedokteran Nusantara dengan pro-kontra mahakarya “cuci otak” yang meski tentu saja tidak sempurna namun berhasil menyelamatkan berbagai pihak dari serangan stroke maka pada tahun 2021 Dr Terawan kembali memicu polemik pro-kontra terhadap apa yang disebut sebagai Vaksin Nusantara.

Baca juga: Polemik Vaksin Nusantara, Lebih dari 100 Tokoh Nyatakan Dukung BPOM

Masyarakat Nusantara masa kini terbelah dua menjadi yang pro dan yang kontra terhadap gagasan Vaksin Nusantara sama halnya dengan dunia sains terbelah dua menjadi yang pro dan yang kontra terhadap gagasan relativitas Albert Einstein, mashab “survival of the fittest”nya Charles Darwin, gagasan heliosrentrismenya Galileo Galilei mau pun berbagai teori kosmologi yang mayoritas masih merupakan asumsi di jalur andaikatamologi belaka.

Hak asasi konsumen

Wajar bahwa setiap gagasan Iptek bersifat baru senantiasa diwarnai dengan kontroversi pemicu kemelut pro dan kontra.

Masing-masih pihak yang pro mau pun yang kontra merasa memiliki alasan keimanan ilmiah sebagai landasan dogmatis keyakinan diri masing-masing.

Diri masing-masing merasa dirinya sendiri pasti benar sementara orang lain pasti keliru.

Baca juga: LBM Eijkman: Ada Inkonsistensi Protokol Penelitian Terkait Vaksin Nusantara

Sebagai rakyat jelata serba awam sambil tidak memiliki kekuasaan akademis mau pun politik maka saya wajib tahu diri untuk tidak berani melibatkan diri ke dalam polemik pro-kontra vaksin Nusantara atau vaksin apapun.

Namun sebagai konsumen pelayanan kesehatan termasuk vaksin, saya berhak mengharap agar segenap pihak yang sedang sengit berpolemik berkenan jangan melalaikan apalagi melupakan atas hak asasi konsumen memperoleh produk yang terjamin aman serta berhak tanpa paksaan apalagi ancaman untuk memilih produk kesehatan yang tepat dan benar bagi diri masing-masing.

Fastabiqul Khoriot

Maka silakan siapa pun termasuk Dr Terawan juga kreatif dan inovatif berkarya demi fastabiqul khoirot melawan angkara murka virus Corona.

Namun selaras etika masyarakat beradab seyoganya jangan sampai ada yang arogan memaksakan keyakinan karyanya sebagai yang terbaik mau pun jangan sampai ada yang menyemooh karya orang lain sebagai yang terburuk.

Sebab pada kenyataan mustahil ada manusia yang sempurna maka dengan sendirinya sertamerta juga mustahil ada manusia yang sempurna dalam hal berkarsa dan berkarya melawan angkara murka pagebluk Corona. Manusia berupaya namun Allah Maha Kuasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com