KOMPAS.com - Hari ini 11 tahun lalu tepatnya 14 April 2010, terjadi gempa bumi dahsyat di Prefektur Otonomi Tibet Yushu di provinsi Qinghai, Cina.
Melansir Encyclopedia Britannica, korban jiwa dari gempa Yushu hampir 3.000 orang, tepatnya 2.698 orang.
Lebih dari 200 orang yang meninggal adalah guru dan siswa. Lebih dari 12.000 orang luka-luka.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Sirkuit Sentul Gelar MotoGP, Diikuti Valentino Rossi di Kelas 125cc
On this date 10 years ago, a magnitude 6.9 earthquake struck Yushu, China, near the border of the Tibetan Autonomous Prefecture. pic.twitter.com/8XsPgRf1y6
— Charles Apple (@charlesapple) April 14, 2020
On the April 14,2010, two earthquake happened in Yushu, China. The highest magnitude is 7.1.@geography_411 pic.twitter.com/EjFACl2p6R
— wenqing chen (@chen_nash) February 28, 2015
Gempa tersebut bermagnitudo 6,9 dengan pusat gempa berada di dekat desa kecil Rima, sekitar 50 kilometer di sebelah barat kota Gyêgu, ibu kota prefektur Yushu.
Melansir The Guardian, 14 April 2010, menurut Pusat Jaringan Gempa China guncangan itu berkekuatan M 7,1.
Dilaporkan gempa terjadi pada pukul 07.49 waktu setempat.
Gempa terjadi di zona tektonik kompleks yang didominasi oleh pertemuan dari lempeng India dan Eurasia.
Gempa tersebut diduga disebabkan oleh gerakan di tenggara dataran tinggi Tibet di sepanjang patahan geser Yushu, bagian dari sistem Xianshuihe.
Meskipun daerah yang berada tepat di sekitar pusat gempa berpenduduk sedikit, sebagian besar tempat tinggal di Gyêgu hancur oleh gempa dan gempa susulan yang mengikutinya.
Secara total, 15.000 rumah hancur di prefektur Yushu. Banyak bangunan yang runtuh terbuat dari batu bata lumpur.
Hal itu menyebabkan 100.000 orang tanpa tempat berlindung di musim ketika suhu turun secara teratur di bawah titik beku di wilayah dataran tinggi setinggi hampir 13.000 kaki (4.000 meter) itu.
Pemerintah China memulai upaya bantuan dalam beberapa jam, menerbangkan pasokan dan personel militer.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penaklukan Pertama Puncak Everest
Lokasi gempa yang terpencil mempersulit pengiriman alat berat, karena banyak jalan yang terhalang oleh tanah longsor.
Disebutkan, warga, di antaranya ratusan biksu Buddha, mulai menggali reruntuhan bangunan dengan tangan dalam pencarian korban.
Daerah itu adalah rumah bagi sebagian besar etnis Tibet, yang mengharuskan kedatangan penerjemah.