Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jangan Tuduh Indonesia Rasis

Kompas.com - 25/03/2021, 11:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SENASIB dengan warga Arab pasca-tragedi 911 di Amerika Serikat maka warga China pada masa pagebluk Corona akibat diduga berasal dari Wuhan, China, juga mengalami perlakuan diskriminatif negatif di Amerika Serikat.

Rasisme

Perlakuan bersifat rasis cukup beranekaragam mulai dari penghinaan sampai penganiayaan bahkan pembunuhan.

Bahkan di Myanmar, pabrik-pabrik milik China dibakar oleh para pengunjuk-rasa yang tidak puas terhadap rezim militer Myanmar yang menduga China mendukung rezim militer Myanmar.

Kemelut rasisme di mancanegara terhadap etnis China membuka luka lama masyarakat keturunan China di Indonesia sehingga ada yang kembali membeberkan lembaran hitam sejarah rasisme terhadap masyarakat China mulai dari masa sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai ke masa tragedi G30S sampai ke malapetaka huruhara Mei 1998.

Pribadi

Saya pribadi nyaris terbunuh pada masa huru-hara rasis Solo yang merambah ke Semarang pada tahun 80an abad XX, kehilangan ayah kandung yang sampai kini jenazah beliau belum ditemukan akibat diculik oleh entah siapa pada masa pasca G30S, harus dengan susah payah menembus kobaran api yang membakar kota Jakarta pada prahara Mei 1998 demi menyelamatkan dua keponakan saya yang indekos di dekat universitas Trisakti dan Tarumanegara.

Namun saya tidak setuju apabila ada yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia rasis sebab di Semarang saya diselamatkan dari angkara murka para huruharawan oleh tetangga saya yang bukan non-pribumi tetapi pribumi.

Ibu kandung dan saudara-saudari diungsikan dari Denpasar ke Semarang oleh teman-teman keluarga yang kesemuanya bukan keturunan Chinese.

Sementara pada awal tragedi Mei 1998 insan pertama yang pertama kali menelpon untuk menanyakan keselamatan saya adalah Prof Emil Salim.

Sementara yang membantu menyelamatkan dua keponakan saya mau pun mengungsikan saya ke Semarang lewat darat kesemuanya Bhinneka Tungal Ika suku Jawa, Sunda, Batak.

Jelas perlakuan diskriminasi yang merugikan bahkan membahayakan keselamatan nyawa ras tertentu dengan alasan apa pun tidak dapat dibenarkan.

Namun berdasar fakta yang saya alami secara langsung secara pribadi, saya tidak dapat membenarkan anggapan apalagi tuduhan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa rasis.

Fakta

Pada hakikatnya apa yang saya alami sesuai hasil investigasi Tim Pencari Fakta yang menegaskan bahwa tragedi Mei 1998 bukan tragedi rasis namun tragedi kemanusiaan akibat kesenjangan sosial yang secara politis dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan pihak tertentu.

Keyakinan saya makin diperkuat fakta yang membuktikan bahwa para sahabat saya seperti Amat, Slamet, Paimin, Mukidi, Awan, Ngadri, Nasir Tamara, Darminto Sudarmo, Andi Malarangeng, Sudirman Said, Fadli Zon, Siti Musdah Mulia, Nursyahbani Katjasungkana, Siti Nuriyah Wahid, empat putri Gus Dur, Ninok Leksono, Hidayat Nur Wahid, Anies Baswedan, Sandyawan Sumardi, Suryo Prabowo, Salim Said, Emil Salim, Prabowo Subianto, Jasonna Laoly, Gatot Nurmantyo, Moeldoko, Mahfud MD, Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, BJ Habibie, Gus Dur dan lain-lain sama sekali tidak pernah bersikap rasis.

Bahkan saya sempat memperoleh kehormatan diterima sebagai anggota keluarga besar marga Simbolon.

Memang niscaya selalu ada insan bersifat rasis namun jangan sampai setitik nila merusak susu sebelanga. Maka jangan tuduh Indonesia rasis. Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Tren
Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

Tren
Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Tren
Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com