Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Kopi Nasional, Cara Paling Benar Menakar Kopi Tubruk

Kompas.com - 11/03/2021, 20:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Kopi di Indonesia mengalami sejarah panjang. Dimulai di tahun 1696, ketika  Belanda membawa kopi arabika dari Malabar India, ke Pulau Jawa.

Kopi pun mulai disemai di tanah-tanah rakyat. Dimulai di Batavia, dan menyebar hingga Sumatra, Sulawesi juga Bali.

Karena Jawa menjadi salah satu pusat penghasil kopi dunia, ada masa dimana orang yang meminum kopi dikatakan tengah menggengam cup of Java, atau menggenggam secangkir Jawa.

Tahun demi tahun, biji kopi Indonesia makin terkenal. Ada Aceh Gayo, Flores, Toraja, Kintamani dan masih banyak lagi nama biji kopi Indonesia yang gaungnya menggema ke seluruh dunia.

Petani dan produsen kopi pun berkembang. Kini, deret single origin kopi makin bertambah panjang. Di Jawa Tengah sendiri ada nama-nama baru yang mulai melejit. Seperti kopi Temanggung, Menoreh, Muria, juga kopi Bowongso Wonosobo.

Baca juga: 7 Perbedaan Kopitiam dengan Cafe Kopi

Seduhan tradisional tubruk

Ada banyak cara menyeduh kopi. Jika dulu hanya ada metode tubruk, sekarang bertumbuhan metode seduh kopi modern yang dinilai lebih praktis dan kekinian.

Meski begitu, beberapa pecinta kopi tetap setia dengan metode lama, yaitu kopi tubruk. Karena menganggap citarasa ala tubruk lebih kuat juga mantap.

Seduhan ala tradisional ini dinamakan tubruk lantaran dalam pembuatannya, seisi cangkir yaitu bubuk kopi, gula dan air panas terlihat saling bertabrakan.

Di penyeduhan kopi tradisional sendiri, semua dilakukan manual. Biji kopi akan ditumbuk menggunakan alu, kemudian disaring dan ditumbuk lagi hingga mendapat level butiran yang paling pas. 

"Tak terlalu kasar, juga tak terlalu halus. Itu yang paling pas buat kopi tubruk," begitu papar Surowi kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Surowi adalah petani kopi asal Tumpang, Banjarsari Malang, yang tiap harinya menumbuk kopi di sela-sela kegiatannya mencari rumput untuk ternak.

Butiran kopi kemudian akan diseduh dengan air panas dan dinikmati menggunakan lepek atau piring kecil alas cangkir. 

Tips seduhan tubruk

Biji kopi siap digilingPixabay/Svenhilker Biji kopi siap digiling
Sekilas seduhan ala tubruk nampak mudah untuk dilakukan.

Padahal menurut Gilang Wicaksono, barista dari Kopi Mbak Nyai, seduhan tubruk memerlukan beberapa trik agar ekstraksi kopi bisa pas.

Berikut adalah tips menyeduh ala tubruk:

  1. Gunakan ukuran gilingan kopi yang sedang, tak terlalu halus dan tak terlalu kasar. Jika kopi terlalu halus, maka akan terjadi ekstraksi yang berlebihan dan sajian kopi jadi terlalu pahit.
  2. Kemudian ambil 1 sdm kopi, letakkan di dalam cangkir.
  3. Seduhan tubruk memerlukan air panas bersuhu 90ºC. Jika tak ada alat ukur suhu, diamkan air yang mendidih sekitar 60 detik sebelum digunakan.
  4. Tuangkan sebagian air perlahan hingga membasahi bubuk kopi. Diamkan selama 30 detik. Proses ini dinamakan blooming, melepaskan karbondioksida pada kopi.
  5. Baru setelahnya, tuang sisa air hingga memenuhi isi cangkir.

Menurut Galang, pemakaian gula pada kopi tubruk tergantung selera penikmat kopi. 

"Tanpa tambahan gula, justru bisa memunculkan rasa asli kopi. Seperti robusta Temanggung yang memiliki rasa dan aroma pahit mocca," pungkasnya kepada Kompas.com, tepat di Hari Kopi Nasional, Kamis (11/03/2021).

Baca juga: Hari Kopi Nasional, Sejarah Kawa Seduhan Daun Kopi di Sumbar, Ada sejak Penjajahan Belanda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Link Live Streaming Final Thomas dan Uber Cup 2024, Indonesia Vs China

Link Live Streaming Final Thomas dan Uber Cup 2024, Indonesia Vs China

Tren
Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Tren
Melestarikan Zimbabwe Raya

Melestarikan Zimbabwe Raya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com