Polisi di kota Yangon menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan massa aksi.
Sebelumnya, polisi juga memobilisasi water cannon dan kendaraan militer ke titik-titik protes di Yangon ketika kerumunan berkumpul untuk meneriakkan slogan-slogan.
Pihak militer belum memberi tanggapan atas kekerasan yang terjadi. Junta hanya berjanji akan mengadakan pemilu ulang, tetapi belum menetapkan tanggal.
Dilansir dari Reuters, polisi serta juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon.
Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, mengatakan, serangan junta jelas akan terus berlanjut, maka komunitas internasional harus meningkatkan tanggapannya.
Dia mengusulkan embargo senjata global.
Langkah yang diusulkan seperti membuat lebih banyak sanksi dari berbagai negara terhadap mereka yang berada di balik kudeta, sanksi terhadap bisnis militer, dan rujukan Dewan Keamanan PBB ke Pengadilan Kriminal Internasional.
Baca juga: Dianggap Pengkhianat dan Dipecat Junta, Duta Besar Myanmar untuk PBB Bersumpah Terus Perangi Kudeta