Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Wilayah yang Alami Hujan Lebat hingga Ekstrem Tiga Hari ke Depan

Kompas.com - 24/01/2021, 07:11 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Hujan ekstrem

Sementara itu, diprediksi hujan ekstrem pada 23-26 Januari 2021 dapat terjadi di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara Sulawesi Tengah, Papua Barat, dan Papua.

Hujan ekstrem sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, serta hujan lebat disertai kilat/petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.

Berdasarkan analisis terintegrasi dari data BMKG, PUPR dan BIG, perlu diwaspadai daerah yang diprediksi berpotensi banjir kategori menengah pada Dasarian III (sepuluh hari ke-3) di bulan Januari 2021, meliputi:

Baca juga: Jokowi: Bulan ini Curah Hujan Ekstrem, Waspadai Banjir dan Tanah Longsor

  • Banten bagian selatan
  • Jawa Barat bagian tengah dan timur
  • Sebagian besar Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
  • Jawa Timur bagian tengah dan timur
  • Bali bagian utara
  • Nusa Tenggara Barat bagian utara
  • Sebagian kecil Nusa Tenggara Timur
  • Sulawesi Tengah bagian tenggara
  • Sulawesi Selatan bagian selatan
  • Sulawesi Tenggara bagian utara
  • Maluku Utara
  • Papua Barat wilayah Kepala Burung
  • Provinsi Papua bagian tengah.

"Informasi potensi banjir kategori menengah hingga tinggi untuk 10 hari ke depan ini sebagai upaya mitigasi agar menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi masyarakat terhadap potensi bencana banjir, longsor, dan banjir bandang," tutur Deputi bidang Klimatologi Herizal.

Baca juga: BMKG Ungkap 59 Kali Gempa Dirasakan Masyarakat sejak Awal Januari 2021

Cuaca ekstrem

Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan, juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, selain dipicu fenomena dan/atau gangguan skala iklim, peningkatan trend curah hujan ekstrem dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim.

"Dari pengamatan BMKG walaupun curah hujan berada pada tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam merespon kondisi curah hujan," ujar Guswanto.

Lebih lanjut, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Ditambah kombinasi antara MJO, gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency di wilayah dan periode yang sama di Laut China Selatan, Samudera Pasifik utara Papua, Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan NTT, sebagian besar Jawa, Bali, NTT bagian barat, Laut Bali, Laut Sumbawa, mampu meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.

Baca juga: Hasil Analisis Lapan soal Penyebab Banjir Besar di Kalimantan Selatan

Sirkulasi siklonik

BMKG memantau adanya bibit siklon tropis 93S di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera, yang posisi sistemnya cukup jauh dan arah gerak menjauhi wilayah Indonesia.

Ini tidak memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia, namun dapat berpengaruh terhadap potensi hujan lebat, peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang di Samudera Hindia Selatan Sumatera-Jawa Barat.

Selain itu, terpantau sirkulasi siklonik di Teluk Carpentaria bagian barat yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Sulawesi Tengah bagian selatan, perairan barat Sulawesi Tenggara, Laut Banda hingga Laut Arafura bagian barat.

Adapun sirkulasi siklonik lainnya terpantau di Laut Cina Selatan sebelah barat Palawan.

Kondisi-kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Penyebab Cuaca Ekstrem di Sulawesi Utara

Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya, yang mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi terpantau di beberapa tempat, yaitu

  • Memanjang dari Thailand bagian selatan hingga perairan utara Kepulauan Mentawai
  • Jawa Barat hingga Jawa Timur bagian barat
  • Perairan utara Pulau Kalimantan hingga perairan timur Kalimantan Timur
  • Bandar Seri Begawan bagian selatan hingga Kalimantan Selatan bagian utara
  • Perairan utara Papua Barat hingga Papua Barat bagian timur dan di Papua bagian barat hingga Papua Nugini bagian barat

Intrusi udara kering (dry air intrusion) terpantau melintasi Samudera Hindia barat Aceh hingga perairan utara Aceh yang mampu mengangkat massa yang lebih hangat dan lembab di depan batas intrusi, seperti di Aceh dan Sumatera Utara bagian utara, sehingga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di daerah depan batas intrusi tersebut.

Labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian barat, Lampung bagian barat, sebagian besar Jawa, NTB, NTT, Kalimantan barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, sebagian besar Sulawesi, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Baca juga: Daftar Wilayah Waspada Cuaca Ekstrem dan Potensi Banjir pada Pekan Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com