KOMPAS.com- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menetapkan tujuh vaksin Covid-19 yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Tanah Air.
Hal itu dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020 yang diteken pada Senin (28/12/2020).
Jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan di Indonesia, sebagaimana diberitakan Kompas.com, Kamis (31/12/2020) yakni yang diproduksi PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc dan BioNTech, dan Sinovac.
Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia
Kendati demikian, pelaksanaan vaksinasi hanya dapat dilakukan setelah vaksin mendapatkan izin edar atau persetujuan penggunaan masa darurat (UEA) dari BPOM.
Adanya sejumlah vaksin yang dipergunakan tersebut membuat para warganet berkeinginan untuk memilih vaksin yang akan disuntikkan.
Hal itu ramai diperbincangkan warganet di Twitter. Ada beberapa alasan mengapa mereka berniat memilih vaksin yang akan disuntikkan.
Baca juga: Vaksin Disebutkan Tak Langsung Hasilkan Respons Imunitas, Simak Penjelasannya...
Berikut ini beberapa di antaranya:
Boleh milih vaksin ga nih? https://t.co/BVxHfouJ5x
— Dwi Estiningsih (@estiningsihdwi) January 11, 2021
SURVEY
Mohon bantu Retweet, Like, Comment ????Apakah teman2 semua apakah mau divaksin Covid-19?
1. Mau tanpa pilih2 merek
2. Mau tapi pilih2 merek
3. Mau, pilih2, belakangan aja
4. Tidak mau5. Jawaban lainnya mohon isi komentar. Misal: Grogi Bingung Masih Ragu2 dll
— Coach Axdwin??Indonesia ???????? (@axdwin) January 13, 2021
Gue ga nolak Vaksin. Gue nolak Sinovac boleh?
— David Usman ???? (@dapitnih) January 12, 2021
Buat saya yang punya guru dan temen sakit Covid beneran dirawat di RS udah tahu dok bahwa emang vaksin adalah salah satu ikhtiar yg bisa kita jalani. Hanya masih berharap ada keajaiban kami bisa milih vaksin termasuk pfizer atau moderna
— camarillo happy maxwell (@camarilo) January 13, 2021
Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi memastikan masyarakat tidak bisa memilih vaksinnya karena ketersediaannya terbatas.
"Pemberian vaksin kepada sasaran sesuai ketersediaan vaksin ya. Jadi tidak ada opsi pilihan," katanya pada Kompas.com, Jumat (15/1/2021).
Akan tetapi nantinya setiap orang akan mendapat vaksin yang sama. Misalnya, seseorang mendapatkan vaksin Sinovac yang harus diberikan dalam 2 dosis. Jadi keduanya pasti dari Sinovac, bukan Pfizer atau lainnya.
"Iya pasti," tegasnya.
Baca juga: Melihat Perbedaan Vaksin Buatan AS dengan Vaksin Buatan China, Ini Rinciannya...
Sementara itu bagi yang menolak divaksinasi tidak mendapat sanksi.
"Tidak ada sanksi ya, kita tetap edukatif persuasif," katanya lagi.
Dilansir Kompas JEO, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, vaksinasi akan dilakukan kepada 70 persen populasi masyarakat di Indonesia. Artinya, ada 181,5 juta jiwa yang akan disuntik vaksin.
Pemerintah memiliki kriteria dan prioritas penerima vaksin. Selain itu ada prioritas wilayah penerima vaksin.
Baca juga: 3 Hari Tembus 11.000 Kasus Covid-19, Apakah Libur Nataru Penyebabnya?
7 prioritas pemberian vaksin adalah sebagai berikut:
1. Garda terdepan, yaitu petugas medis, paramedis contact tracing, TNI/Polri, dan aparat hukum. Totalnya sejumlah 3,4 orang.
2. Tokoh agama/masyarakat, perangkat daerah (kecamatan, desa, RT/RW) dan sebagian pelaku ekonomi sejumlah 5,6 juta orang.
3. Guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi sebanyak 4,3 juta orang.
4. Aparatur pemerintah (pusat, daerah, dan legislatif) sejumlah 2,3 juta orang.
5. Peserta BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang jumlahnya 86,6 juta orang.
6. Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya sebanyak 57,5 juta orang.
Baca juga: Macam Reaksi Setelah Divaksin Covid-19 dan Cara Mengatasinya...