Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Pemerintah Hindia Belanda Menghadapi Pandemi?

Kompas.com - 01/09/2020, 17:35 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Si gendut yang saat itu menggunakan jampi-jampi dan jimat, akhirnya kalah.

Sementara si panjang yang cenderung menggunakan pengetahuan yakni memakai pil Bandung akhirnya menang.

Baca juga: Berkaca Sejarah Pandemi Flu 1918, Kebijakan Tegas soal Covid-19 Dinilai Perlu Ada

Menurut dia dari kisah ini bisa dilihat bahwa pada zaman dahulu ada masyarakat yang menganggap pandemi bisa diatasi dengan hal-hal seperti jampi-jampi dan jimat.

Kondisi ini, kata dia, tak jauh berbeda dengan kondisi sekarang.

Ia menuturkan, karena pada zaman dulu banyak yang tidak mengerti bagaimana menghadapi wabah maka orang dulu cenderung mencoba banyak cara bahkan yang cenderung tidak masuk akal seperti membuat jimat dan arak-arakan.

Pesan dari cerita pamflet yang menyebar itu menurutnya adalah agar masyarakat percaya terhadap ilmu pengetahuan.

Hoaks

Selain itu, pada masa pandemi di zaman dulu kondisinya hampir sama dengan kondisi saat ini, yaitu banyak juga hoaks atau kabar bohong yang muncul terkait penyakit. 

Bonnie menceritakan pada zaman dahulu jenis hoaks di antaranya mengenai vaksin untuk virus dibuat dari darah.

Selain itu ada juga hoaks yang menyebutkan bahwa cacar muncul disebabkan oleh adanya setan.

Baca juga: Bagaimana Saat Kapasitas RS Covid-19 Penuh? Ini Saran Epidemiolog

"Ada hoaks yang mengatakan bahwa cacar disebabkan oleh setan, sehingga kemudian saat itu muncul gerakan anti vaksin," bebernya.

Adapun menyikapi penyakit cacar yang mewabah, saat itu pemerintah melalukan inisiatif mengangkat masyarakat termasuk dari kalangan sesepuh atau tetua seperti Wedana untuk menjadi mantri cacar.

Hal itu karena para mantri ditugaskan untuk menyuntikkan vaksin cacar kepada masyarakat agar penularan tidak meluas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com