Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Magnitudo 6,9 di Laut Banda, Ini Analisis BMKG

Kompas.com - 21/08/2020, 15:21 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Gempa bumi mengguncang Laut Banda, Jumat (21/8/2020), pukul 11.09 WIB.

Gempa dengan magnitudo 6,9 tersebut dirasakan beberapa daerah dari wilayah Wakatobi, Mataram, Sumbawa Besar hingga ke Kendari.

“Episenter gempabumi terletak pada koordinat 6,84 LS dan 123,48 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 165 km Tenggara Buton Selatan-Sulawesi Tenggara pada kedalaman 586 km,” ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono, melalui keterangan yang diterima Kompas.com, Jumat (21/8/2020).

Bagaimana analisis BMKG soal gempa ini?

Rahmat menyebutkan, berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, maka gempa yang terjadi merupakan jenis gempabumi dalam.

Gempa bumi ini terjadi karena adanya deformasi atau penyesaran pada lempeng yang tersubduksi di bawah Laut Banda.

Baca juga: Gempa Bengkulu, Gempa Kembar Keempat di Indonesia hingga Sejarahnya...

Dari hasil analisis BMKG, mekanisme sumber gempa yang terjadi memiliki pergerakan turun (normal fault).

Berikut wilayah-wilayah yang merasakan guncangan gempa:

  1. Daerah Waingapu dan Wakatobi dengan intensitas skala III-IV MMI dimana getaran dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi
  2. Daerah Mataram, Sumbawa Besar dengan intensitas III MMI dimana getaran dirasakan nyata dalam rumah, getaran dirasakan seolah truk berlalu
  3. Kota Bima, Ende, Ruteng, Kairatu, Banda dengan Intensitas II-III MMI dimana getaran dirasakan nyata dalam rumah dan getaran seakan ada truk berlalu
  4. Tambolaka, Kendari, Kupang, Ternate dan Alor dengan intensitas II MMI yakni getaran dirasakan beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Rahmat mengatakan, sejauh ini belum ada laporan mengenai dampak kerusakan yang ditimbulkan.

“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tida berpotensi tsunami,” ujar Rahmat.

Baca juga: 8 Fakta Gempa Bengkulu, dari Disebut Gempa Kembar hingga Terasa sampai Singapura

Adapun gempa susulan sempat terekam oleh BMKG dengan skala M 5,0 pada pukul 11.50 WIB.

BMKG meminta agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan adanya isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Masyarakat juga diimbau untuk menghindari bangunan yang retak atau rusa akibat gempa.

Untuk informasi resmi dapat dipantau melalui :

  • Instagram/Twitter: @infoBMKG
  • Website: http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id
  • Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user: pemda, pwd: pemda-bmkg) atau infobmkg.

Baca juga: Pagi Ini Bengkulu Diguncang Dua Gempa, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Lolos SNBT 2024, Ini UKT Kedokteran UGM, Unair, Unpad, Undip, dan UNS

Lolos SNBT 2024, Ini UKT Kedokteran UGM, Unair, Unpad, Undip, dan UNS

Tren
Cara Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri PTN 2024, Klik kip-kuliah.kemdikbud.go.id

Cara Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri PTN 2024, Klik kip-kuliah.kemdikbud.go.id

Tren
Cara Cek Lokasi Faskes dan Kantor BPJS Kesehatan Terdekat secara Online

Cara Cek Lokasi Faskes dan Kantor BPJS Kesehatan Terdekat secara Online

Tren
Ramai soal Video WNA Sebut IKN 'Ibukota Koruptor Nepotisme', Jubir OIKN: Bukan di Wilayah IKN

Ramai soal Video WNA Sebut IKN "Ibukota Koruptor Nepotisme", Jubir OIKN: Bukan di Wilayah IKN

Tren
Pos Indonesia Investasi Robot untuk Efisiensi Gaji, Ekonom: Perlu Analisis Lagi

Pos Indonesia Investasi Robot untuk Efisiensi Gaji, Ekonom: Perlu Analisis Lagi

Tren
Jawaban Anies soal Isu Duet dengan Kaesang, Mengaku Ingin Fokus ke Koalisi

Jawaban Anies soal Isu Duet dengan Kaesang, Mengaku Ingin Fokus ke Koalisi

Tren
Denmark Tarik Peredaran Mi Samyang karena Terlalu Pedas, Bagaimana dengan Indonesia?

Denmark Tarik Peredaran Mi Samyang karena Terlalu Pedas, Bagaimana dengan Indonesia?

Tren
Lolos SNBT 2024, Apakah Boleh Tidak Diambil? Ini Penjelasannya

Lolos SNBT 2024, Apakah Boleh Tidak Diambil? Ini Penjelasannya

Tren
Daftar PTN yang Menerima KIP Kuliah Jalur Mandiri, Biaya Studi Bisa Gratis

Daftar PTN yang Menerima KIP Kuliah Jalur Mandiri, Biaya Studi Bisa Gratis

Tren
KAI Kembali Operasikan KA Mutiara Timur, sampai Kapan?

KAI Kembali Operasikan KA Mutiara Timur, sampai Kapan?

Tren
Ramai soal La Nina Penyebab Hujan Turun Saat Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Ramai soal La Nina Penyebab Hujan Turun Saat Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Tren
Pulang Rawat Inap atas Permintaan Sendiri Tak Dijamin BPJS Kesehatan

Pulang Rawat Inap atas Permintaan Sendiri Tak Dijamin BPJS Kesehatan

Tren
Menko PMK Usul Korban Judi Online Jadi Penerima Bansos, Apa Alasannya?

Menko PMK Usul Korban Judi Online Jadi Penerima Bansos, Apa Alasannya?

Tren
Termasuk Infeksi yang Sangat Menular, Apa Itu Penyakit Difteri?

Termasuk Infeksi yang Sangat Menular, Apa Itu Penyakit Difteri?

Tren
Syarat dan Cara Mengurus KTP Hilang ke Kantor Dukcapil

Syarat dan Cara Mengurus KTP Hilang ke Kantor Dukcapil

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com