Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan di Beirut, Lebanon, Ini Analisis Pakar Penjinak Bom Terkait Penyebabnya

Kompas.com - 05/08/2020, 13:46 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber Sky News

KOMPAS.com - Ledakan dahsyat yang mengguncang Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) pukul 18.07 waktu setempat, menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai hampir 4.000 orang lainnya.

Pejabat keamanan Lebanon mengungkapkan bahwa insiden tersebut diduga berasal dari ledakan sekitar 2.750 ton amonium nitrat di salah satu gudang di pelabuhan Kota Beirut.

Ledakan yang berasal dari tepi pantai ini menimbulkan gelombang kejut dengan jangkauan yang sangat luas, menyebabkan hancurnya jendela-jendela bangunan sekitar, serta guncangan yang cukup besar.

Kedahsyatan ledakan itu juga dapat disaksikan melalui sejumlah unggahan video amatir yang sempat menangkap momen terjadinya ledakan.

Melansir Sky News, Rabu (5/8/2020), berbekal pengamatan video dan keterangan dari para saksi mata, Chris Hunter, seorang pakar penjinak bom, memaparkan analisisnya terkait ledakan di Beirut.

Baca juga: Detik-detik Ledakan Besar Guncang Pesisir Beirut, Lebanon

Bukan bubuk mesiu atau amunisi

Mantan pejabat intelijen Inggris ini mengatakan, dilihat dari asap ledakan yang berwarna putih, merah muda, dan merah, kemungkinan besar ledakan di Beirut tidak disebabkan oleh bubuk mesiu ataupun amunisi.

"Ketika terjadi sebuah ledakan, biasanya ada dua jenis asap yang muncul, antara hitam atau putih. Jika asap berwarna hitam, maka ledakan dipastikan terjadi akibat peledak yang biasa digunakan militer atau teroris," kata Hunter.

Sementara itu, jika yang muncul adalah asap berwarna putih maka ledakan terjadi akibat bahan peledak dengan daya ledak rendah.

"Dari pengamatan saya, warna merah gelap berasal dari api, yang kemungkinan berasal dari material terbakar, furnitur, atau cat. Bisa juga berasal dari kepulan debu di area itu," kata Hunter, yang bergabung dengan militer sejak usia 16 tahun.

Ini juga yang menentukan apakah bahan peledak memiliki daya ledak tinggi atau rendah. Daya ledak tinggi ditandai dengan gelombang kejut supersonic, sedangkan daya ledak rendah mengakibatkan kebakaran.

"Hal pertama yang terpikirkan ketika saya melihat ledakan besar ini adalah, sangat tidak mungkin berasal dari bubuk mesiu atau amunisi. Lebih cocok dengan sesuatu yang berdaya ledak rendah, seperti ledakan kembang api," kata Hunter.

Baca juga: Ada 2.750 Ton Amonium Nitrat di Lokasi Ledakan Beirut, Lebanon

Tidak melulu bahan peledak

Ledakan tidak hanya dipicu oleh bahan peledak. Sering kali, campuran debu dan bahan mudah terbakar bisa memicu terjadinya ledakan.

"Jadi, tempat-tempat seperti pabrik serbuk gergaji, pabrik tepung, dan pabrik gula juga dapat menyebabkan ledakan. Bisa saja salah satu dari bahan mudah terbakar tersulut dan kemudian memicu terjadinya ledakan," kata Hunter

Pejabat keamanan Lebanon menyatakan bahwa area terjadinya ledakan dipenuhi dengan bahan mudah meledak, tetapi bukan bahan peledak. Apa bedanya?

Hunter menjelaskan, ada bahan-bahan yang, jika dipicu dengan tepat, bisa menyebabkan terjadinya ledakan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Tren
Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Tren
Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Tren
Mengenal Robot Gaban 'Segede Gaban', Sebesar Apa Bentuknya?

Mengenal Robot Gaban "Segede Gaban", Sebesar Apa Bentuknya?

Tren
Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Tren
Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Tren
Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Tren
Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Tren
Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Tren
Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Tren
Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Tren
Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

BrandzView
Pelari Makassar Meninggal Diduga 'Cardiac Arrest', Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Pelari Makassar Meninggal Diduga "Cardiac Arrest", Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Tren
Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com